BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Papan atau perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan
keberadaannya wajib dipenuhi oleh manusia.
Kondisi tersebut menjadikan peranan perusahaan meubel menjadi penting,
hal tersebut dikarenakan fungsi produk yang ditawarkan yaitu sebagai pelengkap
atas kebutuhan akan papan atau perumahan. Pelengkap atas kebutuhan papan atau
perumahan tersebut erat kaitannya dengan produk yang telah dihasilkan oleh
perusahaan meubel yaitu berupa meja, kursi, almari dan perabotan rumah tangga
yang lain. Kenyataan tersebut dapat membuktikan betapa pentingnya perusahaan
meubel dalam kehidupan manusia.
Perkembangan perusahaan meubel di Indonesia saat ini berkembang cukup
pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan meubel yang
melakukan kegiatan usaha pada sektor tersebut di pasaran. Pada sisi lain
semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dalam sektor meubel tersebut
menjadikan usaha pada sektor tersebut menjadi salah satu sektor unggulan di Indonesia .
Apalagi pangsa pasar produk meubel ini tidak hanya terbatas untuk kalangan
tertentu seperti produk industri yang lain. Faktor lain yang mendukung untuk
perkembangan perusahaan meubel yaitu ketersediaan bahan baku yang tersebar luas
di wilayah Indonesia.
Data WTO terakhir menunjukkan bahwa pada tahun 2005
China telah menjadi eksportir mebel terbesar di dunia melampaui Itali dengan
nilai ekspornya mencapai sekitar US$ 14 miliar, atau 18% dari total ekspor
mebel. Nilai ekspor Indonesia pada tahun yang sama hanya 1,79 miliar atau hanya
menguasai 2% dari pasar dunia mebel. Adapun secara lengkap data nilai ekspor
mebel Indonesia dan negara-negara pesaing di Asia tahun 2005 dapat dilihat pada
Tabel 1.1.
Tabel 1.1:
Data Nilai Ekspor Mebel Indonesia dan Negara-Negara Pesaing di Asia Tahun 2005 (Dalam US$ milyar)
No.
|
Negara
|
Nilai
Ekspor
|
%
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
China
Malaysia
Indonesia
Vietnam
Lain-Lain
|
14,00
1,80
1,79
1,61
60,80
|
18%
2%
2%
2%
76%
|
Sumber: WWW. Kadin-Indonesia.Or.Id
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa China sangat agresif dalam
melakukan ekspor, tidak hanya mebel tetapi juga semua produk-produk lain yang
diekspor. Kenyataan tersebut memungkinkan bahwa nilai ekspor mebel China
akan meningkat terus dalam laju yang semakin pesat dalam tahun-tahun ke depan ini.
Jika Indonesia tidak
hati-hati, ekspansi China di
pasar dunia bisa membuat kerugian besar bagi Indonesia ,
dalam arti mebel Indonesia
bisa sama sekali kehilangan pasar eksternalnya.
Perusahaan meubel Lindah Pasuruan merupakan salah satu perusahaan yang
menghasilkan produk meubel di wilayah Kabupaten Pasuruan, yang berdiri tepatnya
tanggal 14 Juli 1978. Awalnya perusahaan ini merupakan usaha kecil-kecilan dan
hanya didukung dengan peralatan pertukangan yang masih sederhana. Pemilik
perusahaan selalu berusaha untuk mengembangkan usaha yang telah dilakukan.
Dalam perkembangannya perusahaan meubel Lindah Pasuruan memiliki kinerja
keuangan yang baik, hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil
penjualan bersih selama lima
tahun terakhir. Adapun secara lengkah data mengenai penjualan bersih perusahaan
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2:
Penjualan Bersih Tahun 2002 Sampai 2006 Pada Perusahaan meubel Lindah Pasuruan (Dalam Rupiah)
No.
|
Tahun
|
Penjualan
Bersih
|
Keuntungan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
2002
2003
2004
2005
2006
|
355.590.750
524.540.000
625.500.550
745.500.550
970.580.000
|
95.670.550
123.540.000
235.770.650
280.850.500
325.540.650
|
Sumber: Perusahaan
meubel Lindah Pasuruan, 2006
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 maka dapat diketahui
bahwa selama lima tahun terakhir Perusahaan meubel Lindah Pasuruan memiliki
peningkatan penjualan bersih. Hasil tersebut membuktikan bahwa adanya
peningkatan atas kinerja keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan, adanya
peningkatakan tersebut juga membuktikan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan
atas faktor-faktor produksi secara maksimal. Dalam aktivitasnya selama ini
perusahaan belum melakukan perencanaan keuangan secara tepat, di mana dalam
melakukan pengendalian atas keuangan perusahaan hanya berdasarkan perkiraan
saja dari pemilik perusahaan. Kondisi tersebut apabila tidak dengan segera
dilakukan langkah perbaikan maka akan menjadi suatu hambatan perusahaan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum perusahaan selalu berusaha untuk berkembang
dalam melakukan kegiatan usaha yang dilakukan, untuk mewujudkan tujuan tersebut
maka peningkatan volume penjualan menjadi hal wajib yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Demikian halnya pada perusahaan meubel, dimana dalam usaha
pencapaian tujuan perusahaan maka maksimalisasi keuntungan menjadi tujuan yang
harus direalisasikan. Usaha peningkatan penjualan dan berusaha untuk
meminimalisasi jumlah biaya produksi dengan sendirinya perusahaan dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen, berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bergantung pada perencanaan.
Perencanaan keuangan sangat penting bagi perusahaan. Perencanaan keuangan yang
dibuat dengan baik dan selaras dengan strategi yang telah ditetapkan akan dapat
mengarahkan perusahaan dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Perencanaan
keuangan mencakup kegiatan ramalan keuangan dan pengendalian keuangan. Ramalan
keuangan dibuat untuk meramalkan kebutuhan dana tambahan yang diperlukan
perusahaan. Dengan mengetahui berapa jumlah dana yang akan diperlukan
perusahaan untuk operasi periode mendatang, manajemen keuangan dapat memikirkan
cara yang terbaik untuk mendanai kebutuhan tersebut dan pada akhirnya menjadi
dasar pengendalian efektif keuangan.
Langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan perencanaan keuangan
adalah peramalan penjualan, yaitu merupakan ramalan unit dan nilai uang
penjualan suatu perusahaan. Penyusunan perencanaan keuangan apabila disajikan dengan benar, maka informasi
tersebut akan berguna bagi pihak manajemen perusahaan dalam rangka pengembangan
usaha yang dilakukan. Apabila perencanaan keuangan dilakukan secara tepat maka
pihak manajemen perusahaan mampu untuk berusaha secara maksimal dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul “Penyusunan
Rencana Keuangan pada Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan”.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil perumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Berapa besarnya AFN (Additional Fund Needed) atau tambahan dana
yang dibutuhkan pada perusahaan meubel Lindah Pasuruan untuk tahun 2007 ?
2.
Bagaimana hasil peramalan keuangan pada perusahaan meubel
Lindah Pasuruan untuk tahun 2007 ?
C. Batasan Masalah
Batasan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.
Penetapan besarnya AFN (Additional
Fund Needed) sebatas pada tahun 2007.
2.
Periode penelitian mulai tahun 2002-2006
3.
Model peramalan yang digunakan regresi linier sederhana.
D. Tujuan dan
Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
a. Untuk menghitung besarnya
AFN (Additional Fund Needed) atau
tambahan dana yang dibutuhkan pada perusahaan meubel Lindah Pasuruan untuk
tahun 2007.
b. Untuk mengetahui hasil
peramalan keuangan pada perusahaan meubel Lindah Pasuruan untuk tahun 2007.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Hasil dari
penelitian dapat digunakan oleh manajemen sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun ramalan keuangan di masa mendatang.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Penelitian
Terdahulu
Rosul (1993) dalam penelitiannya berjudul “Penerapan Peramalan Penjualan
Sebagai Dasar Perencanaan dan Penyusunan Budget Penjualan pada Perusahaan Mebel
CV Kalingga Perdana Sakti Surabaya”, pada tahun 1993, diperoleh kesimpulan
bahwa penyusunan peramalan penjualan yang tepat akan sangat membantu perusahaan
untuk merealisir rencana penjualan.
Menurut perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan metode regresi
linier diperoleh ramalan penjualan tahun 1993 adalah 12850 unit. Dari pengujian
ini, ternyata dapat memperkuat bukti pemecahan masalah yang diajukan oleh Rosul
besarnya tingkat deviasi (penyimpangan)
antara rencana penjualan dengan realisasinya periode 1988-1992 mencapai antara
5,13% - 23,8%, sedang bila ada peramalan penjualan deviasi antara rencana
penjualan dengan realisasinya dapat ditekan seminimal mungkin, adapun tingkat
prosentase paling tinggi sebesar 7,93%. Ada
kemungkinan terjadi hasil yang kurang seimbang dengan target yang terealisasi,
khususnya realisasi yang kurang dari target. Selain itu anggaran yang terlalu
tinggi targetnya sedikit banyak cenderung berpengaruh terhadap semangat kerja
pihak manajemen untuk mencapi apa yang diinginkan.
B. Tinjauan
Teori
1.
Arti Penting Perencanaan Keuangan
Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi
mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan adalah proses penyusunan
tujuan-tujuan perusahaan dan pemilihan tindakan-tindakan yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Supriyanto, 1994:4).
Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dari operasi dan sumber
penghasilan perusahaan karena memberikan petunjuk yang mengarahkan,
mengkoordinasikan dan mengontrol kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan. Dua
aspek penting dalam proses perencanaan keuangan : (1) Perencanaan uang tunai,
meliputi persiapan dari penyusunan budget kas perusahaan. (2) Perencanaan laba,
perencanaan laba perusahaan yang dibuat dalam bentuk laporan keuangan proforma. Kedua hal tersebut tidak hanya
berguna bagi perencanaan keuangan intern tetapi juga dibutuhkan bagi pemberi
pinjaman baik sekarang maupun yang akan datang.(Sundjaja dan Barlian, 2003:162)
Perencanaan laba berpusat pada pembuatan laporan proforma. Laporan proforma,
merupakan proyeksi laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi
laba suatu perusahaan. Dua input yang
diperlukan untuk menyusun laporan proforma
dengan menggunakan pendekatan yang sederhana yaitu : a) laporan keuangan
untuk tahun sebelumnya dan b) ramalan penjualan tahun yang akan datang.
Manajemen tidak hanya berurusan dengan
operasi pada tahun berjalan. Operasi perusahaan pada tahun-tahun yang akan
datang juga harus dipikirkan dengan seksama. Hal ini harus dilakukan karena
kondisi lingkungan yang selalu berubah. Untuk itu, perusahaan memerlukan
perencanaan jangka panjang yang diharapkan mampu mengantisipasi
perubahan-perubahan yang terjadi. Begitu juga dalam bidang keuangan, manajemen
keuangan mempunyai tanggung jawab untuk membuat perencanaan keuangan jangka
panjang.
Perencanaan keuangan berhubungan dengan masa
depan yang penuh dengan ketidakpastian. Kepala bagian finansial harus selalu
mengadakan forecasting (peramalan dan
pengiraan) terhadap masa yang akan datang tersebut dengan tepat, meliputi
perencanaan finansial jangka panjang (long
range financial planning) dan perencanaan-perencanaan jangka pendek (short range financial planning). Salah
satu keuntungan yang diperoleh dari adanya perencanaan finansial adalah dihindarkannya
pemborosan-pemborosan yang diakibatkan oleh adanya aktivitas yang sangat
kompleks. (Gitosudarmo dan Basri, 1999:265)
Perusahaan-perusahaan yang dijalankan dengan
baik umumnya mendasarkan rencana operasi mereka pada seperangkat ramalan
laporan keuangan. Proses perencanaan dimulai dengan ramalan penjualan untuk
masa lima tahun
mendatang atau lebih. Aktiva dibutuhkan untuk memenuhi target penjualan itu
ditentukan dan keputusan diambil dengan mempertimbangkan bagaimana aktiva yang
dibutuhkan itu akan dibiayai.
2.
Bentuk Perencanaan Keuangan
Bentuk-bentuk
rencana keuangan dapat secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Neraca
Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang
serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Menurut Fress dan Warren (1992:25), neraca
adalah: “Suatu daftar aktiva, kewajiban dan modal pemilik perusahaan pada
tanggal tertentu yang biasanya pada tanggal terahir suatu bulan atau tahun”. Jadi tujuan neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu,
biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir
tahun fiskal atau tahun kelender, sehingga neraca sering disebut balance
sheet.
Pengertian-pengertian tersebut diatas menunjukkan bahwa posisi keuangan
perusahaan yang dimaksud adalah keadaan asset (harta) yang dimililki perusahaan
dan juga sumber-sumber dari mana asset diperoleh baik dari liabilities (hutang)
dan owner’s equity (modal sendiri). Neraca (balance sheet)
merupakan laporan keuangan yang menggambarkan besar kecilnya asset (harta), liabilities
(hutang) dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu yaitu pada saat
neraca tersebut disusun yaitu pada waktu dimana buku-buku fiskal atau tahun
kalender.
Kegunaan dari neraca menurut Kieso dan Weygandt
(1995:252) adalah untuk:
1.
Perhitungan tingkat pengembalian.
2.
Pengevaluasian struktur modal perusahaan
3.
Penilaian likuiditas dan fleksibilitas dari keuangan
tersebut. Artinya bahwa untuk mengadakan pertimbangan tertentu atas resiko
perusahaan dan untuk menilai arus kas masa depan, seseorang harus menganalisa
neraca dan menentukan likuiditas perusahaan dan fleksibilitas keuangan.
Likuiditas menggambarkan jumlah waktu yang diperlukan untuk berlalu sampai dari
suatu harta direalisasikan atau sebaliknya dikonversi menjadi uang kas dan
sampai suatu hutang harus dibayarkan. Pada dasarnya fleksibilitas keuangan
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mengambil tindakan efektif guna
mengubah jumlah dan waktu arus kas sehingga ia dapat tanggap terhadap kebutuhan
dan peluang yang tidak terduga.
Dari pengertian neraca maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa neraca
merupakan laporan jumlah harta dan kewajiban berdasarkan kejadian atau
transaksi pada masa yang lalu. Pengukurannya dipengaruhi oleh kestabilan nilai
rupiah dan hanya mengukur mengenai aktivitas perusahaan yang dapat dinilai
dengan uang. Neraca keuangan merupakan komposisi dari jumlah aktiva dan pasiva
yang dimiliki perusahaan pada sustu periode. Neraca memiliki beberapa manfaat
seperti yang telah disebutkan di atas, neraca juga memiliki beberapa
keterbatasan. Beberapa keterbatasan neraca menurut Smith dan Skousen
(1993:151), adalah sebagai berikut:
a. Para pemakai ekstern
acap kali ingin mengetahui nilai perusahaan, pada dasarnya neraca tidak
mencerminkan nilai berjalan dari suatu perusahaan, akan tetapi sumber daya dan
kewajiban perusahaan disajikan dengan nilai historis berdasarkan transaksi dan
kejadian dimasa lalu. Pengukuran biaya historis menunjukkan nialai pasar yang
ada pada tanggal terjadinya transaksi dan kejadian-kejadian. Namun demikian,
jika harta tertentu ternyata berubah dengan tajam setelah tanggal perolehannya,
maka angka-angka neraca tidak relevan lagi untuk mengevaluasi nilai perusahaan.
b. Suatu masalah yang
berkaitan dengan neraca adalah kestabilan nilai rupiah sebagai satuan standar
pengukur akuntansi. Karena adanya perubahan-perubahan harga umum dalam ekonomi,
rupiah tidak menunjukkan suatu daya beli yang konstan. Pada hal nilai-nilai
historis sumber daya dan kekayaan dinyatakan dalam neraca tidak disesuaikan
dengan perubahan-perubahan daya beli satuan pengukuran. Hasilnya adalah suatu neraca
yang mencerminkan harta, hutang dan kekayaan dalam satuan daya beli tyang
berbeda-beda.
c. Keterbatasan lainnya dari
neraca juga berkaitan dengan kebutuhan pembanding, dimana perusahaan-perusahaan
tidak mengklasifikasikan dan melaporkan pos-pos yang serupa secara sama.
Sebagai contoh, nama dan klasifikasi perkiraaan bervariasi, beberapa perusahaan
membuat lebih terperinci dari pada yang lain, dan beberapa perusahaan dengan
transaksi yang benar-benar sama ternyata melaporkan secara berbeda-beda. Perbedaan
tersebut mengakibatkan pembandingan sulit dilakukan dan mengurangi nilai
potensial analisa neraca.
d. Neraca juga dianggap
memiliki beberapa kelemahan dalam bidang lainnya, terutama akibat masalah
pengukuran beberapa sumber daya dan kewajiban tidak dilaporkan pada neraca.
Dari pengertian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
neraca merupakan laporan jumlah harta dan kewajiban berdasarkan kejadian atau
transaksi pada masa yang lalu, pengukurannya dipengaruhi oleh kestabilan nilai
rupiah dan hanya mengukur mengenai aktivitas perusahaan yang dapat dinilai
dengan uang.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan rugi laba merupakan suatu laporan sistematis tentang
pendapatan/ hasil usaha, beban, laba perusahaan atau rugi yang diperoleh oleh
suatu perusahaan selama periode tertentu. Menurut Keiso dan Waygandt
(1995:177), perhitungan laba rugi adalah: “Laporan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu.” Pentingnya perhitungan
laba rugi karena beberapa alasan, alasan utamanya adalah bahwa laporan yang
membantu mereka dalam meramalkan jumlah, waktu dan ketidak pastian dari arus
kas masa depan. Ramalan yang akurat akan arus kas masa depan membantu investor
untuk menilai ekonomi perusahaan dan kreditur sehingga dapat menentukan profitabilitas
dari pembayaran kembali sahamnya terhadap perusahaan.
Perhitungan laba
rugi membantu pemakai laporan keuangan untuk meramalkan arus kas masa depan dalam
beberapa cara yang berbeda (Keiso dan Waygandt,
1995:179)
a. Investor dan
kreditor dapat menggunakan informasi pada perhitungan laba rugi untuk
mengevaluasi prestasi masa lalu perusahaan. Keberhasilan pada masa yang akan
datang kecenderungan penting dapat ditentukan. Artinya jika suatu korelasi
antara prestsi masa lalu dan masa depan dapat diasumsikan, maka prediksi atas
arus kas masa depan dapat dibuat dengan kenyakinan tertentu.
b.
Perhitungan laba rugi membantu pemakai menentukan resiko
(tingkat ketidakpastian) dari tidak mencapai arus kas tertentu. Informasi
mengenai berbagai komponen laba pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian
menyoroti hubungan di antara berbagai komponen ini. Komponen ini memungkinkan
seseorang, misalnya untuk menilai secara lebih baik perubahan dalam permintaan
akan produk suatu perusahaan terhadap penetapan beban.
3.
Peramalan Penjualan
Peramalan penjualan sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan khususnya di bidang produksi. Selain itu perusahaan dapat mengetahui
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dikemudian hari seperti perencanaan dan
penjadwalan produksi dengan mempertimbangkan kapasitas pabrik atau perencanaan
tenaga kerja. Peramalan penjualan adalah
suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang melalui pengujian
keadaan di masa lalu.
Peramalan (forecasting) penjualan
merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien
khususnya dalam bidang ekonomi. Peramalan mempunyai peranan langsung pada
peristiwa eksternal yang pada umumnya berada diluar kendali manajemen” (Yamit,
2000:36).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
peramalan merupakan suatu metode yang digunakan untuk membuat suatu perkiranaan
yang akan terjadi pada masa yang akan datang dalam rangka untuk mewujudkan
tingkat efektivitas dan efisiensi sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Pada dasarnya peramalan penjualan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
peramalan subyektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan orang yang menyusunnya. Dalam hal ini
pandangan orang yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil ramalan
tersebut. Kedua yaitu peramalan yang obyektif , yaitu peramalan yang didasarkan
atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan metode-metode dalam
penganalisaan tersebut.
Menurut Yamit (2000:37): “Metode peramalan permintaan atau penjualan
dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode
kualitatif”. Metode kuantitatif dibagi ke dalam deret berkala atau runtun waktu
(time series) dan metode kausal,
sedangkan metode kualitatif dibagi menjadi metode eksploratoris dan normatif.
Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat,
ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode
tersebut. Metode kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik
yang memiliki tingkat ketepatan yang tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih sistematis, dan lebih
populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga
kondisi yang harus dipenuhi yaitu meliputi:
1.
Tersedia informasi tentang masa lalu.
2.
Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data
numerik.
3.
Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan terus
berlanjut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
masing-masing metode peramalan, yaitu meliputi:
a. Pengguna atau pelaku dan
kecanggihan metode
Pengetahuan dan pengalaman pengguna dan pelaku peramalan sangat
mementukan keberhasilan metode peramalan, kadang-kadang metode yang sederhana
dan mudah dipahami dapat menghasilkan ramalan yang lebih baik.
b. Waktu peralaman dan sumber
daya yang tersedia
Waktu yang tersedia untuk mengumpulkan data dan persiapan peramalan, yang
biasanya menggunakan dan memakan waktu serta biaya yang cukup besar.
c. Tujuan penggunaan dan
karakteristik keputusan manajemen yang meliputi, antara lain:
1. Akurasi hasil ramalan
2. Jangka waktu penggunaan
hasil ramalan.
3. Jumlah item yang akan
diramal
4.
Metode Peramalan Keuangan
Model yang dapat digunakan dalam peramalan keuangan yaitu meliputi :
a. Metode rasio konstan (constant ratio method)
Metode rasio
konstan (constant ratio method)
merupakan suatu metode untuk meramalkan laporan keuangan dan kebutuhan keuangan
di masa mendatang, dengan asumsi asumsi rasio-rasio keuangan tertentu akan
tetap konstan (Brigham dan Houston, 1999:120).
b. Metode regresi linier
Metode ini mencari hubungan regresi dari variabel dependen (semua pos
aktiva dan pasiva yang terkait dengan penjualan) dengan variabel independen
(tingkat penjualan) dan menyatakan hubungan tersebut dalam persamaan regresi
(Husnan, 1992).
Regresi adalah suatu model matematis yang dapat digunakan untuk
mengetahui pola hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan utama analisis
regresi adalah untuk membuat ramalan nilai suatu variabel (variabel dependen)
jika nilai variabel lainna (variabel independen) sudah ditentukan (Algifari,
1997 :112).
Untuk meramalkan nilai suatu variabel dependen bila variabel independen
diketahui digunakan persamaan garis regresi dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = adalah
variabel dependen
a = adalah intersep (titik potong kurva
terhadap sumbu Y)
b = adalah kemiringan (slope) kurva linier
X = adalah variabel independen
Berdasarkan persamaan di atas dapat digunakan untuk menaksir nilai Y,
jika nilai a, b, dan X diketahui. Nilai a merupakan nilai Y yang dipotong oleh
kurva linier pada sumbu vertikal Y (a adalah nilai Y, bila X = 0). Nilai b
adalah kemiringan (slope) kurva linier
yang menunjukkan besarnya perubahan nilai Y sebagai akibat perubahan setiap
unit nilai X. Besarnya nilai a dan b konstan sepanjang kurva linear.
Persamaan regresi digunakan untuk meramal nilai pos-pos tersebut untuk
masa yang akan datang. Dari sini dapat disusun neraca proforma untuk tahun yang
akan datang. Dengan mengurangkan total kewajiban dari total aktiva pada neraca
proforma ini, kebutuhan tambahan dana untuk tahun yang akan datang dapat
ditentukan.
c. Metode prosentase penjualan.
Metode prosentase
penjualan adalah metode untuk mengembangkan laporan laba rugi proforma yang menyatakan harga pokok
penjualan, biaya operasi dan biaya bungan sebagai prosentase dari penjualan
yang sudah diproyeksikan (Sundjaja dan Barlian,
2003:173).
Metode ini
meramal aktiva dan pasiva untuk periode mendatang sebagai prosentase dari
ramalan penjualan. Prosentase yang dipergunakan bisa diambil dari laporan
keuangan yang terbaru dari penjualan berjalan (current sales), atau dari perhitungan rata-rata beberapa tahun,
atau dari penilaian analis, atau dari kombibasi sumber-sumber tersebut. Setelah
ramalan untuk pos-pos yang terkait dengan penjualan didapat, hasil tersebut
diterapkan pada formula ,matematis yang telah ditetapkan untuk menentukan
kebutuhan dana. Rumus untuk meramal kebutuhan dana menggunakan metode
prosentase penjualan sebagai berikut: (Weston dan Copeland, 1992:320).
Dana
ekstern yang dibutuhkan =
Keterangan :
= Harta yang bertambah
secara spontan sesuai dengan pendapatan
atau penjualan total yang dinyatakan dalam prosentase dari pendapatan
(penjualan) total.
= Kewajiban yang betambah secara spontan sesuai
dengan pendapatan total yang dinyatakan dalam presen dari pendapatan atau
penjualan total.
= Perubahan dalam pendapatan atau penjualan
total.
=
Marjin laba terhadap penjualan.
= Proyeksi pendapatan untuk tahun itu.
=
Rasio retensi laba.
Metode-metode
lain yang dapat digunakan dalam peramalan, antara lain : (Husnan, 1982:113).
1.
Metode diagram pencar atau regresi sederhana.
2.
Metode regresi berganda.
3. Metode regresi “curviliniear”.
Perbandingan antar
metode peramalan:
a. Metode prosentase penjualan
Metode ini
menganggap bahwa rekening-rekening neraca tertentu bervariasi secara langsung
dengan penjualan, yaitu bahwa perbandingan rekening-rekening tertentu dengan
penjualan adalah konstan.
b. Metode regresi
Metode ini
adalah lebih baik karena rasio aktiva dan kewajiban dengan penjualan tidak
dianggap konstan seperti pada metode prosentase penjualan.
5. Hubungan antara Pertumbuhan Penjualan dan
Kebutuhan Keuangan
Makin pesat pertumbuhan penjualan, makin besar pula kebutuhannya akan
pembiayaan tambahan. Adapun hubungan tersebut yaitu meliputi:
a.
Kelayakan keuangan
Pada tingkat
pertumbuhan yang rendah, perusahaan tidak membutuhkan pembiayaan eksternal,
bahkan kas surplus. Akan tetapi perusahaan tersebut tumbuh lebih pesat maka
modal dari sumber eksternal harus diusahakan. Selanjutnya makin cepat tingkat
pertumbuhan, makin besar kebutuhan modal. Jika manajemen memperkirakan bakal
terjadi kesulitan dalam penyediaan modal yang dibutuhkan mereka harus
mempertimbangkan kembali kelayakan perencanaan tersebut.
b.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebutuhan pembiayaan.
Kebijakan
pembayaran deviden seperti tercermin pada rasio pembayaran deviden juga
mempengaruhi kebutuhan modal eksternal.Makin tinggi rasio pembayaran deviden
makin kecil penambahan laba yang ditahan, sehingga makin besar pula modal
eksternal yang diperlukan.
c.
Kepadatan modal
Jumlah aktiva
yang diperlukan untuk setiap dolar penjualan yaitu sering disebut rasio
kepadatan modal (capital intensity ratio).
Rasio ini berpengaruh besar terhadap kebutuhan modal. Jika rasio kepadatan
modal rendah, penjualan bisa tumbuh pesat tanpa terlalu banyak modal dari luar.
Akan tetapi jika perusahaan bersangkutan padat modal, pertumbuhan yang kecil
sekalipun akan memerlukan sejumlah besar modal dari luar.
d.
Marjin laba
Margin laba
merupakan determinan penting dalam persamaan kebutuhan modal, makin tinggi
margin makin rendah kebutuhan akan dana. Dalam bentuk grafik suatu kenaikan
dalam margin menyebabkan garis persamaan kebutuhan modal akan menurun.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian diambil oleh peneliti yaitu pada Perusahaan meubel Lindah
Pasuruan, dengan alamat di Jl. Gentong No. 4 Pasuruan.
B.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat
studi kasus, yaitu jenis penelitian yang berisikan paparan atau data yang
relevan dari hasil penelitian pada obyek penelitian yang mencoba mengetahui dan
memecahkan permasalahan yang dihadapi perusahaan.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1.
Pertumbuhan penjualan yaitu merupakan peningkatan jumlah atau
volume penjualan yang telah dicapai oleh perusahaan tahun 2002 sampai 2006.
2.
Rekening-rekening neraca yaitu merupakan laporan yang
sistematis tentang aktiva, hutang serta modal suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu, yang meliputi:
a.
Aktiva merupakan sumber ekonomi yang digunakan oleh
perusahaan dalam rangka untuk menjalankan aktivitasnya.
b.
Pasiva adalah pengorbanan ekonomis yang timbul dimasa
mendatang dari kewajiban perusahaan yang terjadi.
c.
Modal saham adalah sisa aset yang dimiliki oleh perusahaan
dikurangi dengan hutang yang dimiliki perusahaan.
3.
AFN adalah besarnya dana tambahan
yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan berdasarkan
peningkatan volume penjualan.
4.
Rekening-rekening laporan laba rugi adalah suatu laporan yang
sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu, yaitu meliputi:
a.
Laba merupakan kenaikan modal saham yang dimiliki oleh
perusahaan yang berasal dari pendapatan operasional perusahaan tahun 2006
b.
Rugi yaitu merupakan penurunan modal saham yang diakibatkan
dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan pada suatu periode tertentu yaitu
tahun 2006.
c.
Penjualan adalah merupakan serangkaian langkah yang dilalui
oleh tenaga penjual dalam sebuah organisasi tertentu untuk menawarkan suatu
produk atau jasa tertentu kepada konsumen pada tahun 2006.
D. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, adalah data yang diperoleh tidak secara
langsung melainkan sudah dikumpulkan oleh pihak lain yang sudah diolah. Data
sekunder dalam penelitian ini berasal dari arsip perusahaan. Data sekunder
tersebut yaitu meliputi data:
a.
Gambaran umum perusahaan
b.
Jenis produk dan jumlah produksi.
c.
Data laporan keuangan, yaitu mengenai neraca dan laporan laba
rugi tahun 2002 sampai 2006.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dilakukan melalui
dokumentasi, yakni mempelajari serta menyalin catatan atau dokumen yang
berhubungan dengan data yang diperlukan berupa laporan keuangan perusahaan yang
meliputi gambaran umum perusahaan, jenis produk dan jumlah produksi, neraca dan
laporan rugi laba, yang bersumber dari Perusahaan meubel Lindah Pasuruan,
selanjutnya sumber data tersebut dipelajari, diklasifikasikan kemudian
dianalisis.
F. Teknik
Analisis Data
Dalam teknik analisis data yang akan dilakukan terdiri dari beberapa
langkah yaitu meliputi:
1.
Peramalan Penjualan
Untuk menyusun peramalan keuangan dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode regresi linier dan model-model yang terkomputerisasi.
Analisis regresi merupakan metode yang lebih umum digunakan untuk meramalkan
kebutuhan-kebutuhan keuangan dan tidak terlalu mudah terkena perangkap
potensial dam metode prosentase penjualan.
Pada analisis
regresi ini, persamaan yang digunakan untuk menganalisa data adalah :
Y = a + bX (Brigham dan Houston, 1999:120).
Keterangan :
Y = adalah
variabel dependen
a = adalah
intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)
b = adalah
kemiringan (slope) kurva linier
X = adalah
variabel independen
Persamaan di atas dapat digunakan untuk menaksir nilai Y, jika nilai a,
b, dan X diketahui. Nilai a merupakan nilai Y yang dipotong oleh kurva linier
pada sumbu vertikal Y (a adalah nilai Y, bila X=0). Nilai b adalah kemiringan
(slope) kurva linier yang menunjukkan besarnya perubahan nilai Y sebagai akibat
perubahan setiap unit nilai X. besarnya nilai a dan b konstan sepanjang kurva
linier.
2.
Tingkat Pertumbuhan Penjualan
Adapun
persamaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penjualan yaitu:
Gt =
Gt =
Tingkat Pertumbuhan Penjualan
SRt=
Penjualan pada tahun t
SRt-1=
Penjualan pada tahun t-1
3.
Penentuan besarnya AFN (Additional
Fund Needed)
4.
Peramalan Neraca tahun 2007
5.
Peramalan Laporan Laba Rugi Tahun 2007
DAFTAR PUSTAKA
Brigham & Houston, 1999,
Manajemen Keuangan, Buku Kedua,
Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta .
Gitosudarmo dan Basri, 1992,
Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga,
Penerbit BPFE Yogyakarta.
Hanafi, Mamduh, M &
Halim, Abdul, 2000, Analisa Laporan Keuangan. UPP
AMD YKPN, Yogjakarta.
Indriantoro dan Supomo,
2002, Metodologi Penelitian Bisinis
Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta .
Kieso & Weygandt, 1995, Akuntansi Intermediate, Edisi Ketutuh,
Jilid Pertama, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta .
Munawir, S. 1992, Analisa
Laporan Keuangan, Edisi
Keempat. Liberty .
Yogyakarta .
Riyanto, Bambang. 1995. Dasar
Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Universitas Gajah Mada Jogjakarta .
Smith dan Skousen, 1993, Akuntansi Intermediate, Edisi
Kedelapan, Jilid I, Alih Bahasa Nugroho Widjajanto, Penerbit Erlangga: Jakarta.
Tampubolon, Manahan, 2005, Manajemen Keuangan (Finance Management), Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia : Bogor .
Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi
Keempat, Cetakan Ketigabelas Penerbit Liberty : Yogyakarta .
Weston J. Fred &
Copeland E Thomas, 1999, Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Jilid Pertama, Penerbit
Erlangga Jakarta .
Ridwan dan Barlian, 2004, Manajemen Keuangan, Edisi Kelima,
Cetakan Kedua, Penerbit Atas Kerjasama Penulis dengan Yayasan Honda Motor.
Weston & Brigham, 1991, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Ketujuh, Jilid Pertama, Penerbit Erlangga Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar