Menyambut Masyakarat Ekonomi ASEAN ( MEA) 2015 | |
Masyakarat
Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN mulai berlaku pada tahun
2015 mendatang. Artinya tidak lama lagi kita bangsa Indonesia akan
memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dimana MEA ini
mengintegrasikan seluruh negara-negara Asia Tenggara dalam berbagai
bidang terutama di bidang ekonomi. Misalnya, mulai dari bidang
ketenagakerjaan, investasi, produk, modal, investasi hingga jasa. Ada
beberapa keuntungan bagi negara yang sudah siap menyongsog MEA ini,
antara lain adalah meningkatkan kompetitif dalam persaingan ekonomi
antar negara, serta meratakan pertumbuhan ekonomi antara negara Asia
Tenggara.
| |
Konsep
dari MEA tersebut digagas oleh negara-negara Asia Tenggara dengan
berdasarkan pada ASEAN Economic Blueprint atau Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) ASEAN yakni pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara
anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan budaya
antar negara-negara Asia Tenggara. MEA ini tercetus dalam KTT ke-14
dimana hasil penandatanganan persetujuan pembentukan Kawasan Perdagangan
Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru. Tujuannya adalah meratakan
pertumbuhan ekonomi di setiap negara-negara Asia Tenggara. Dengan kata
lain menghilangkan kesenjangan ekonomi. Ibarat “Kran air yang selama ini
tertutup dan sulit ditembus, kini dibuka selebar-lebarnya”.
Sejumlah
pakar dan pengamat ekonomi optimistis bahwa Indonesia mampu menghadapi
Masyarakat ekonomi ASEAN. Disela-sela peluncuran buku "Perdagangan Bebas
Dalam Perspektif Hukum Perdagangan Internasional" dan dalam siaran
persnya di Jakarta, Selasa (15/7/2014) Serian Wijatno dan Dr Ariawan
Gunadi, SH, MH. mengungkapkan bahwa Indonesia dapat menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan strateginya sebagai berikut: (a)
Manfaatkan hambatan perdagangan untuk mengerem banjirnya produk dan jasa
asing (b) Ciptakan sumber daya pengusaha yang kompeten melalui
pendidikan dan pelatihan (c) Bentuklah forum sengketa perjanjian
perdagangan bebas dengan prosedur yang sederhana dan jelas sehingga
kepastian hukum.
Sementara
itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi
menyatakan Indonesia butuh bersiap diri menghadapi ASEAN Economic Community
(AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015. Menurut dia, selama ini
tak terlihat persiapan pemerintah Indonesia maupun pengusaha untuk
menghadapi AEC. Menurutnya, AEC harus bisa dihadapi oleh pemerintah
bersama pengusaha, juga masyarakat.
Sedangkan
menurut Latif Adam, pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Diangkatnya Chairul Tanjung (CT) menjadi Menko
Perekonomian, menggantikan Hatta Rajasa, bisa jadi merupakan angin segar
bagi Indonesia untuk kembali concern untuk mempersiapkan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). setidaknya Chairul Tanjung (CT) dapat mengawal
proses persiapan konsolidasi perbankan yang ada. Proses persiapan itulah
yang harus memenuhi syarat-syarat, sehingga menghasilkan suatu
kebijakan publik. Dimana konsolidasi perbankan nasional sudah tidak
dapat dihindari lagi. Kebijakan tersebut menjadi mutlak dalam menghadapi
MEA. Jika tidak Indonesia mempersiapkan mulai dari sekarang, imbasnya
akan terasa pada saat MEA nanti. Perbankan nasional akan kalah bersaing
dengan perbangkan asing. Harapan kita semoga pemerintah yang baru dapat
mewujudkan konsolidasi perbankan nasional.
Salah
satu aspek penting yang perlu disiapkan dengan cepat bangsa ini adalah
SDM yang kompeten. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu
keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Para tenaga kerja
dari negara MEA yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi,
tentunya akan memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi di dalam MEA. Dengan demikian, kita harus berusaha
dengan sunguh-sunguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, khususnya di kawasan
ASEAN. Meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan iptek
untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif. Pemenuhan SDM
yang berkualitas dan unggul karena menguasai iptek, akan berpengaruh
terhadap struktur industri di masa depan. Dan apabila sasaran di atas
bisa dipenuhi, akan semakin kuat basis industri yang sedang dibangun dan
dikembangkan di Indonesia, yang pada gilirannya akan mendorong
transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat.
Namun
salah satu senjata utama yang kita punya untuk memenangkan persaingan
MEA ini adalah generasi muda bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia
harus fokus untuk memoles generasi muda bangsa ini. Daya saing harus
ditingkatkan, menciptakan lebih banyak tenaga kerja yang ahli (skilled
labor), berikan perhatian lebih pada generasi muda yang mempunyai
potensi besar namun kekurangan dalam segi ekonomi. Salah satu solusinya
tarik semua sumber daya manusia yang bekerja diluar negeri dan berikan
posisi strategis di industri maupun pemerintahan Indonesia dan berikan
bantuan ekonomi pada generasi muda yang memiliki potensi, agar mampu dan
terus kreatif.
Harus
menjadi perhatian kita semua masyarakat indonesia, Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) akan berlaku tahun depan. Indonesia sebagai salah satu
anggota tentunya harus ikut mempersiapkan segalanya, karena yang
terpenting adalah bagaimana negara kita sendiri bisa siap bersaing atau
tidak dengan negara ASEAN lainnya. Indonesia tidak bisa menunda lagi
proses konsolidasi perbankan. Pasalnya hal itu sudah dilakukan negara
lain dalam 5 tahun terakhir dalam menghadapi MEA. Sejumlah bankir
menyatakan, sepakat soal pentingnya konsolidasi perbankan di Tanah Air
khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015.
Agar
pasca pelaksanaan MEA 2015, pasar dalam negeri tidak diserbu
produk-produk negara-negara ASEAN lainnya, pemerintah perlu mendorong
masyarakat Indonesia untuk menggunakan produk dalam negeri, dengan
penerapan program cinta produk dalam negeri secatra konsisten dan
serius, sehingga industri manufaktur dan industri kreatif dalam negeri
terus bertumbuh dan tetap terkendali dari serbuan produk-produk impor
dari negara-negara ASEAN lainnya. Oleh sebab itu marilah kita bergabung
untuk senantiasa menggunakan produk dalam negeri serta bersatu antara
pengusaha dan pemerintah agar tercapai sinergi dan meningkatkan
efektiitas dan efisiensi untuk menghadapi tantangan MEA 2015 nanti.
|
Ini adalah sebuah media pembelajaran yang sengaja aku publikasikan agar mampu memberikan mamfaat bagi para pembacanya. by: hendy
Selasa, 09 Desember 2014
Menyambut Masyakarat Ekonomi ASEAN ( MEA) 2015
MEA 2015, Digadang dalam Kecemasan
MEA 2015, Digadang dalam Kecemasan
Bukan malam pertama namanya jika sebelumnya telah memiliki pengalaman. Dengan demikian, perasaan gelisah yang khas timbul sebagai perpaduan antara rasa penasaran dan ketakutan karena kurang pemahaman. Saking banyaknya peristiwa lucu yang timbul karena situasi seperti ini, sehingga cukup untuk direkam dalam sebuah buku Mati Ketawa ala Malam Pertama .
Perasaan ini nampaknya menjadi analogi sempurna bagi perasaan dunia bisnis Indonesia menyambut diresmikannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015. Belakangan ini, kolom bisnis dari berbagai media seakan berlomba menjadikannya sebagai tema utama, menghadirkan berbagai informasi tentang MEA.
Berbagai pengamat diundang untuk memberikan analisis, seberapa siap Indonesia menghadapi era keterbukaan di mana aliran produk, tenaga kerja, dan modal dibuka seluas-luasnya. Saat itu, jika tibamasanya, wilayah ASEAN akan menjadi satu kolam ekonomi besar, di mana ikan-ikan bebas menjelajah sudut manapun dari kolam yang paling banyak menyimpan makanan dan udara bersih. Keadaan seperti ini tentu mencemaskan. Seiring dengan peluang yang terbuka lebar muncul pula tantangan yang sama besarnya.
Perdebatan tentang seberapa siap Indonesia menghadapi MEA, dalam pandangan saya merupakan perdebatan yang salah arah. Siap atau tidak siap, era MEA akan datang, sehingga kesiapan bukanlah menjadi isu utama. Sejak dicanangkannya niat untuk melaksanakan kawasan ekonomi terpadu dalam Bali Concorde II tahun 2003 dan ditegaskan pada KTT ASEAN ke-12 tahun 2007 yang menghasilkan kesepakatan untuk percepatan terwujudnya MEA di tahun 2015, kita praktis memiliki 12 tahun untuk mempersiapkan diri. Nyatanya, hingga kini, belum ada langkah-langkah sistematis yang dilihat signifikan untuk mengangkat kesiapan Indonesia.
Bukan salah Hofstede ketika merumuskan konsepnya yang terkenal sebagai National Culture Theory , menyebut Indonesia memiliki uncertainty avoidance rendah. Dimensi yang menunjukkan seberapa terancam masyarakat di suatu negara dengan situasi yang ambigu atau tidak menentu, sehingga mendorong munculnya tindakan untuk menghindari keadaan tersebut, ternyata secara kultural memang tidak mengemuka di Indonesia. Karakter ini jika mewujud dalam fleksibilitas aksi dalam menghadapi era chaos dan turbulensi tentu baik. Namun sayangnya, sering kali ia juga manifes dalam budaya kebijakan dadakan atau SKS (sistem kebut semalam) dalam perumusan platform ekonomi jangka panjang.
Melihat kenyataan ini, nampaknya dunia bisnis Indonesia harus realistis melihat bahwa kita sendiri-sendiri dalam menghadapi keadaan ini. Kesiapan pemerintah yang diwujudkan melalui peraturan yang mengungkit daya saing bisnis nasional nampaknya hanya bisa diharapkan, jika memang terwujud di pemerintahan baru, kita anggap saja sebagai bonus. Namun prinsipnya, lakukan apa yang bisa dilakukan, yakni meningkatkan daya saing perusahaan di level ASEAN.
Ada paling tidak tiga hal yang menjadi kunci bagi meningkatnya daya saing tersebut, yaitu operational excellent, customer relationship, dan innovation . Sebaik apapun bungkus, lambat laun kualitas isi akan terlihat juga. Dengan demikian, kesempurnaan operasi untuk menghasilkan isi yang super baik adalah hal yang utama.
Jika sebelumnya kesalahan-kesalahan kecil dapat ditoleransi, dalam era mendatang janganlah macam-macam, menganggap remeh kesalahan. Pesaing lintas negara akan merangsek masuk dan menawarkan kualitas produk yang lebih serius. Gunakan berbagai macam cara untuk menjamin kualitas, mulai dari penerapan quality assurance, continous improvement, dan pengelolaan supply chain yang maksimal.
Berikutnya memperkuat hubungan pelanggan. Jika nanti telah masuk era MEA, pemain dalam industri semakin banyak, sehingga pelanggan memiliki pilihan. Hal ini berakibat pada perilaku pelanggan yang semakin demanding. Dalam kondisi seperti ini, jangankan menambah pelanggan baru, mempertahankan pelanggan lama saja sangat sulit untuk dilakukan. Oleh karenanya, perusahaan mau atau tidak mau harus merancang suatu taktik untuk mengikat pelanggan (customer bonding ). Dari jauh hari, petakan pelanggan utama Anda dan pikirkan cara untuk melindungi hubungan bisnis.
Perusahaan dapat merancang memberikan bonus terhadap volume atau frekuensi pembelian atau yang kita sebut sebagai financial bonding . Ikatan yang lebih kuat dapat diraih dengan menerapkan social bonding, atau mengikat para pelanggan melalui komunitas sosial yang dibangun. Untuk menerapkan hal ini, Anda dapat mengadakan gatheringgathering, dan memelihara hubungan terus-menerus dengan pelanggan, serta membangun database yang unggul.
Penguatan terakhir yang merupakan kebutuhan mutlak adalah pengelolaan inovasi dalam perusahaan. Inovasi tidak selamanya berbentuk produk baru yang belum pernah ada sebelumnya, namun dapat berupa packaging baru, feature baru, varian baru, atau penyempurnaan dari yang sudah ada. Selain itu, inovasi dalam proses produksi dan sourcing , perlu juga menjadi perhatian. Agar inovasi dapat membudaya, diperlukan suatu pengelolaan yang dilakukan secara terencana.
Demikianlah beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan dalam menghadapi MEA yang tinggal sejarak kedipan mata. Kesiapan tidak mungkin terwujud tanpa persiapan. Ibarat pertandingan bola yang telah memasuki injury time , program penyiapan daya saing dan strategi organisasi ini perlu dan sudah selayaknya menjadi crash program bagi para pelaku bisnis. Semoga direalisasikannya MEA lebih banyak mendatangkan manfaat daripada mudarat bagi dunia bisnis nasional.
Pengertian Finansial
Mendengar kata finansial, tentunya kita akan berpikir itu adalah istilah
dalam bidang ekonomi. Ya, finansial adalah sebuah kata yang sering
muncul dalam bidang ekonomi. Finansial berasal dari bahasa Inggris,
yakni finance. Mudahnya, finansial juga diartikan sebagai keuangan. Lalu
sebenarnya, apa pengertian finansial itu? Mari kita lihat
pengertian-pengertian dan pengembangan pemakaian kata finansial dalam
bidang ekonomi. Semoga dengan ulasan berikut, Anda bisa mendapatkan
pengetahuan baru atau menambah pemahaman Anda tentang ekonomi.
Pengertian finansial
dapat mencakup beberapa aspek, misalnya ilmu keuangan dan aset lainnya,
pengelolaan atau manajemen aset tersebut, dan bagaimana menghitung dan
mengatur risiko proyeknya. Finansial berarti mempelajari kemampuan
individu, bisnis,
dan organisasi untuk mengelola, meningkatkan, mengalokasi, juga
menggunakan sumberdaya moneter yang sejalan dengan waktu serta
menghitung risiko dan menentukan prospek. Finansial
juga dapat berarti administrasi yang mengelola urusan keluar masuknya
uang pada sebuah institusi atau lembaga. Finansial sangat bergantung
pada manajemen yang baik, terkontrol, dan dapat dipertanggungjawabkan
pada semua pihak yang bersangkutan. Intinya, finansial dapat diartikan
sebagai segala aspek yang berkaitan dengan uang. Finansial juga berarti
segala hal yang juga meliputi perputaran dan pengelolaan uang, lebih
singkatnya.
Dari kedua pengertian finansial tersebut, kemudian muncul berbagai istilah yang mengandung kata finansial dan berkembang dalam bidang ekonomi. Istilah-istilah yang muncul ini kemudian memiliki makna tertentu dalam menggambarkan berbagai hal terkait finansial. Yang pertama adalah krisis finansial, yang menggambarkan berbagai situasi dimana institusi atau aset keuangan kehilangan sebagian besar nilai yang dimilikinya. Krisis finansial dapat berwujud runtuhnya bursa efek, krisis mata uang, atau kepanikan perbankan dan resesi. Istilah yang kedua adalah kebebasan finansial berarti keadaan bebas hutang dengan penghasilan yang tetap dan cadangan yang bisa dipakai untuk kebutuhan tak terduga. Kemudian istilah yang ketiga adalah manajemen finansial. Pengertian dari istilah tersebut adalah pengelolaan terhadap fungsi-fungsi keuangan yang meliputi cara memperoleh dan menggunakan pendapatan. Selanjutnya ada struktur finansial yang dapat didefinisikan sebagai struktur yang menunjukkan bagaimana aktiva-aktiva perusahaan atau instansi dibelanjai. Hal tersebut menyangkut berbagai sumber pembelanjaan dan perimbangan absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing dengan modal sendiri dalam jangka waktu panjang maupun pendek. Istilah lain lagi yang terkait dengan finansial adalah kompensasi finansial yang diartikan oleh Siswantoro sebagai suatu balas jasa berupa tambahan uang atau bonus di luar pendapatan pokok seseorang. Berikutnya, ada pula audit finansial yang artinya audit pengukur tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas suatu instansi. Audit ini bertugas menilai efektivitas satuan kerja pengurus keuangan perusahaan dengan nama nomenklatur apapun dan mencari fakta tentang efisiensi kerja internal satuan yang mengukur keuangan perusahaan.Yang terakhir adalah manfaat finansial. Manfaat finansial berarti kondisi keuntungan yang diperoleh pelaku bisnis lebih besar dibandingkan dengan risiko yang akan ditanggung dalam menjalankan bisnisnya. Manfaat finansial ini biasanya ditemukan dalam mengkaji studi kelayakan bisnis.
Nah, kini kita semua bisa mengetahui lebih jauh pengertian finansial dan perkembangan istilah yang disertai kata finansial itu sendiri. Dengan memahami berbagai istilah di atas, tentunya menambah pengetahuan kita tentang berbagai istilah yang juga menjadi bagian dari bidang ekonomi. Pengertian finansial pada dasarnya meluas dan membentuk bermacam istilah baru yang memperkaya kamus ekonomi. Berkembangnya istilah-istilah tersebut juga memudahkan kita untuk menyebut beberapa fenomena, konsep, kondisi atau hal-hal lainnya yang berkaitan dengan finansial.
Dari kedua pengertian finansial tersebut, kemudian muncul berbagai istilah yang mengandung kata finansial dan berkembang dalam bidang ekonomi. Istilah-istilah yang muncul ini kemudian memiliki makna tertentu dalam menggambarkan berbagai hal terkait finansial. Yang pertama adalah krisis finansial, yang menggambarkan berbagai situasi dimana institusi atau aset keuangan kehilangan sebagian besar nilai yang dimilikinya. Krisis finansial dapat berwujud runtuhnya bursa efek, krisis mata uang, atau kepanikan perbankan dan resesi. Istilah yang kedua adalah kebebasan finansial berarti keadaan bebas hutang dengan penghasilan yang tetap dan cadangan yang bisa dipakai untuk kebutuhan tak terduga. Kemudian istilah yang ketiga adalah manajemen finansial. Pengertian dari istilah tersebut adalah pengelolaan terhadap fungsi-fungsi keuangan yang meliputi cara memperoleh dan menggunakan pendapatan. Selanjutnya ada struktur finansial yang dapat didefinisikan sebagai struktur yang menunjukkan bagaimana aktiva-aktiva perusahaan atau instansi dibelanjai. Hal tersebut menyangkut berbagai sumber pembelanjaan dan perimbangan absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing dengan modal sendiri dalam jangka waktu panjang maupun pendek. Istilah lain lagi yang terkait dengan finansial adalah kompensasi finansial yang diartikan oleh Siswantoro sebagai suatu balas jasa berupa tambahan uang atau bonus di luar pendapatan pokok seseorang. Berikutnya, ada pula audit finansial yang artinya audit pengukur tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas suatu instansi. Audit ini bertugas menilai efektivitas satuan kerja pengurus keuangan perusahaan dengan nama nomenklatur apapun dan mencari fakta tentang efisiensi kerja internal satuan yang mengukur keuangan perusahaan.Yang terakhir adalah manfaat finansial. Manfaat finansial berarti kondisi keuntungan yang diperoleh pelaku bisnis lebih besar dibandingkan dengan risiko yang akan ditanggung dalam menjalankan bisnisnya. Manfaat finansial ini biasanya ditemukan dalam mengkaji studi kelayakan bisnis.
Nah, kini kita semua bisa mengetahui lebih jauh pengertian finansial dan perkembangan istilah yang disertai kata finansial itu sendiri. Dengan memahami berbagai istilah di atas, tentunya menambah pengetahuan kita tentang berbagai istilah yang juga menjadi bagian dari bidang ekonomi. Pengertian finansial pada dasarnya meluas dan membentuk bermacam istilah baru yang memperkaya kamus ekonomi. Berkembangnya istilah-istilah tersebut juga memudahkan kita untuk menyebut beberapa fenomena, konsep, kondisi atau hal-hal lainnya yang berkaitan dengan finansial.
Langganan:
Postingan (Atom)