Senin, 27 Oktober 2014

PENYUSUNAN RENCANA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MEUBEL LINDAH PASURUAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Papan atau perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan keberadaannya wajib dipenuhi oleh manusia.  Kondisi tersebut menjadikan peranan perusahaan meubel menjadi penting, hal tersebut dikarenakan fungsi produk yang ditawarkan yaitu sebagai pelengkap atas kebutuhan akan papan atau perumahan. Pelengkap atas kebutuhan papan atau perumahan tersebut erat kaitannya dengan produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan meubel yaitu berupa meja, kursi, almari dan perabotan rumah tangga yang lain. Kenyataan tersebut dapat membuktikan betapa pentingnya perusahaan meubel dalam kehidupan manusia.
Perkembangan perusahaan meubel di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan meubel yang melakukan kegiatan usaha pada sektor tersebut di pasaran. Pada sisi lain semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dalam sektor meubel tersebut menjadikan usaha pada sektor tersebut menjadi salah satu sektor unggulan di Indonesia. Apalagi pangsa pasar produk meubel ini tidak hanya terbatas untuk kalangan tertentu seperti produk industri yang lain. Faktor lain yang mendukung untuk perkembangan perusahaan meubel yaitu ketersediaan bahan baku yang tersebar luas di wilayah Indonesia.
Data WTO terakhir menunjukkan bahwa pada tahun 2005 China telah menjadi eksportir mebel terbesar di dunia melampaui Itali dengan nilai ekspornya mencapai sekitar US$ 14 miliar, atau 18% dari total ekspor mebel. Nilai ekspor Indonesia pada tahun yang sama hanya 1,79 miliar atau hanya menguasai 2% dari pasar dunia mebel. Adapun secara lengkap data nilai ekspor mebel Indonesia dan negara-negara pesaing di Asia tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1: Data Nilai Ekspor Mebel Indonesia dan Negara-Negara Pesaing di Asia Tahun 2005 (Dalam US$ milyar)

No.
Negara
Nilai Ekspor
%
1.
2.
3.
4.
5.
China
Malaysia
Indonesia
Vietnam
Lain-Lain
14,00
1,80
1,79
1,61
60,80
18%
2%
2%
2%
76%
Sumber: WWW. Kadin-Indonesia.Or.Id
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa China sangat agresif dalam melakukan ekspor, tidak hanya mebel tetapi juga semua produk-produk lain yang diekspor. Kenyataan tersebut memungkinkan bahwa nilai ekspor mebel China akan meningkat terus dalam laju yang semakin pesat dalam tahun-tahun ke depan ini. Jika Indonesia tidak hati-hati, ekspansi China di pasar dunia bisa membuat kerugian besar bagi Indonesia, dalam arti mebel Indonesia bisa sama sekali kehilangan pasar eksternalnya.
Perusahaan meubel Lindah Pasuruan merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan produk meubel di wilayah Kabupaten Pasuruan, yang berdiri tepatnya tanggal 14 Juli 1978. Awalnya perusahaan ini merupakan usaha kecil-kecilan dan hanya didukung dengan peralatan pertukangan yang masih sederhana. Pemilik perusahaan selalu berusaha untuk mengembangkan usaha yang telah dilakukan. Dalam perkembangannya perusahaan meubel Lindah Pasuruan memiliki kinerja keuangan yang baik, hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil penjualan bersih selama lima tahun terakhir. Adapun secara lengkah data mengenai penjualan bersih perusahaan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2: Penjualan Bersih Tahun 2002 Sampai 2006 Pada Perusahaan meubel Lindah Pasuruan (Dalam Rupiah)

No.
Tahun
Penjualan Bersih
Keuntungan
1.
2.
3.
4.
5.
2002
2003
2004
2005
2006
355.590.750
524.540.000
625.500.550
745.500.550
970.580.000
95.670.550
123.540.000
235.770.650
280.850.500
325.540.650
Sumber: Perusahaan meubel Lindah Pasuruan, 2006
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 maka dapat diketahui bahwa selama lima tahun terakhir Perusahaan meubel Lindah Pasuruan memiliki peningkatan penjualan bersih. Hasil tersebut membuktikan bahwa adanya peningkatan atas kinerja keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan, adanya peningkatakan tersebut juga membuktikan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan atas faktor-faktor produksi secara maksimal. Dalam aktivitasnya selama ini perusahaan belum melakukan perencanaan keuangan secara tepat, di mana dalam melakukan pengendalian atas keuangan perusahaan hanya berdasarkan perkiraan saja dari pemilik perusahaan. Kondisi tersebut apabila tidak dengan segera dilakukan langkah perbaikan maka akan menjadi suatu hambatan perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum perusahaan selalu berusaha untuk berkembang dalam melakukan kegiatan usaha yang dilakukan, untuk mewujudkan tujuan tersebut maka peningkatan volume penjualan menjadi hal wajib yang harus dilakukan oleh perusahaan. Demikian halnya pada perusahaan meubel, dimana dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan maka maksimalisasi keuntungan menjadi tujuan yang harus direalisasikan. Usaha peningkatan penjualan dan berusaha untuk meminimalisasi jumlah biaya produksi dengan sendirinya perusahaan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bergantung pada perencanaan. Perencanaan keuangan sangat penting bagi perusahaan. Perencanaan keuangan yang dibuat dengan baik dan selaras dengan strategi yang telah ditetapkan akan dapat mengarahkan perusahaan dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Perencanaan keuangan mencakup kegiatan ramalan keuangan dan pengendalian keuangan. Ramalan keuangan dibuat untuk meramalkan kebutuhan dana tambahan yang diperlukan perusahaan. Dengan mengetahui berapa jumlah dana yang akan diperlukan perusahaan untuk operasi periode mendatang, manajemen keuangan dapat memikirkan cara yang terbaik untuk mendanai kebutuhan tersebut dan pada akhirnya menjadi dasar pengendalian efektif keuangan.
Langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan perencanaan keuangan adalah peramalan penjualan, yaitu merupakan ramalan unit dan nilai uang penjualan suatu perusahaan. Penyusunan perencanaan keuangan apabila  disajikan dengan benar, maka informasi tersebut akan berguna bagi pihak manajemen perusahaan dalam rangka pengembangan usaha yang dilakukan. Apabila perencanaan keuangan dilakukan secara tepat maka pihak manajemen perusahaan mampu untuk berusaha secara maksimal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul “Penyusunan Rencana Keuangan pada Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil perumusan masalah sebagai berikut :
1.      Berapa besarnya AFN (Additional Fund Needed) atau tambahan dana yang dibutuhkan pada perusahaan meubel Lindah Pasuruan untuk tahun 2007 ?
2.      Bagaimana hasil peramalan keuangan pada perusahaan meubel Lindah Pasuruan untuk tahun 2007 ?

C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.       Penetapan besarnya AFN (Additional Fund Needed) sebatas pada tahun 2007.
2.       Periode penelitian mulai tahun 2002-2006
3.       Model peramalan yang digunakan regresi linier sederhana.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.    Tujuan Penelitian
a.    Untuk menghitung besarnya AFN (Additional Fund Needed) atau tambahan dana yang dibutuhkan pada perusahaan meubel Lindah Pasuruan untuk tahun 2007.
b.    Untuk mengetahui hasil peramalan keuangan pada perusahaan meubel Lindah Pasuruan untuk tahun 2007.
2. Kegunaan Penelitian
a.    Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian dapat digunakan oleh manajemen sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun ramalan keuangan di masa mendatang.

b.    Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



A.    Landasan Penelitian Terdahulu
Rosul (1993) dalam penelitiannya berjudul “Penerapan Peramalan Penjualan Sebagai Dasar Perencanaan dan Penyusunan Budget Penjualan pada Perusahaan Mebel CV Kalingga Perdana Sakti Surabaya”, pada tahun 1993, diperoleh kesimpulan bahwa penyusunan peramalan penjualan yang tepat akan sangat membantu perusahaan untuk merealisir rencana penjualan. 
Menurut perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier diperoleh ramalan penjualan tahun 1993 adalah 12850 unit. Dari pengujian ini, ternyata dapat memperkuat bukti pemecahan masalah yang diajukan oleh Rosul besarnya tingkat deviasi  (penyimpangan) antara rencana penjualan dengan realisasinya periode 1988-1992 mencapai antara 5,13% - 23,8%, sedang bila ada peramalan penjualan deviasi antara rencana penjualan dengan realisasinya dapat ditekan seminimal mungkin, adapun tingkat prosentase paling tinggi sebesar 7,93%. Ada kemungkinan terjadi hasil yang kurang seimbang dengan target yang terealisasi, khususnya realisasi yang kurang dari target. Selain itu anggaran yang terlalu tinggi targetnya sedikit banyak cenderung berpengaruh terhadap semangat kerja pihak manajemen untuk mencapi apa yang diinginkan.  
B.  Tinjauan Teori
1.      Arti Penting Perencanaan Keuangan
Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan adalah proses penyusunan tujuan-tujuan perusahaan dan pemilihan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Supriyanto, 1994:4).
Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dari operasi dan sumber penghasilan perusahaan karena memberikan petunjuk yang mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengontrol kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan. Dua aspek penting dalam proses perencanaan keuangan : (1) Perencanaan uang tunai, meliputi persiapan dari penyusunan budget kas perusahaan. (2) Perencanaan laba, perencanaan laba perusahaan yang dibuat dalam bentuk laporan keuangan proforma. Kedua hal tersebut tidak hanya berguna bagi perencanaan keuangan intern tetapi juga dibutuhkan bagi pemberi pinjaman baik sekarang maupun yang akan datang.(Sundjaja dan Barlian, 2003:162)
Perencanaan laba berpusat pada pembuatan laporan proforma. Laporan proforma, merupakan proyeksi laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba suatu perusahaan. Dua input yang diperlukan untuk menyusun laporan proforma dengan menggunakan pendekatan yang sederhana yaitu : a) laporan keuangan untuk tahun sebelumnya dan b) ramalan penjualan tahun yang akan datang.
Manajemen tidak hanya berurusan dengan operasi pada tahun berjalan. Operasi perusahaan pada tahun-tahun yang akan datang juga harus dipikirkan dengan seksama. Hal ini harus dilakukan karena kondisi lingkungan yang selalu berubah. Untuk itu, perusahaan memerlukan perencanaan jangka panjang yang diharapkan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi. Begitu juga dalam bidang keuangan, manajemen keuangan mempunyai tanggung jawab untuk membuat perencanaan keuangan jangka panjang.
Perencanaan keuangan berhubungan dengan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Kepala bagian finansial harus selalu mengadakan forecasting (peramalan dan pengiraan) terhadap masa yang akan datang tersebut dengan tepat, meliputi perencanaan finansial jangka panjang (long range financial planning) dan perencanaan-perencanaan jangka pendek (short range financial planning). Salah satu keuntungan yang diperoleh dari adanya perencanaan finansial adalah dihindarkannya pemborosan-pemborosan yang diakibatkan oleh adanya aktivitas yang sangat kompleks. (Gitosudarmo dan Basri, 1999:265)
Perusahaan-perusahaan yang dijalankan dengan baik umumnya mendasarkan rencana operasi mereka pada seperangkat ramalan laporan keuangan. Proses perencanaan dimulai dengan ramalan penjualan untuk masa lima tahun mendatang atau lebih. Aktiva dibutuhkan untuk memenuhi target penjualan itu ditentukan dan keputusan diambil dengan mempertimbangkan bagaimana aktiva yang dibutuhkan itu akan dibiayai.
2.      Bentuk Perencanaan Keuangan
Bentuk-bentuk rencana keuangan dapat secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Neraca
Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Menurut Fress dan Warren (1992:25), neraca adalah: “Suatu daftar aktiva, kewajiban dan modal pemilik perusahaan pada tanggal tertentu yang biasanya pada tanggal terahir suatu bulan atau tahun”.  Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kelender, sehingga neraca sering disebut balance sheet.
Pengertian-pengertian tersebut diatas menunjukkan bahwa posisi keuangan perusahaan yang dimaksud adalah keadaan asset (harta) yang dimililki perusahaan dan juga sumber-sumber dari mana asset diperoleh baik dari liabilities (hutang) dan owner’s equity (modal sendiri). Neraca (balance sheet) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan besar kecilnya asset (harta), liabilities (hutang) dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu yaitu pada saat neraca tersebut disusun yaitu pada waktu dimana buku-buku fiskal atau tahun kalender.
Kegunaan dari neraca menurut Kieso dan Weygandt (1995:252) adalah untuk:
1.      Perhitungan tingkat pengembalian.
2.      Pengevaluasian struktur modal perusahaan
3.      Penilaian likuiditas dan fleksibilitas dari keuangan tersebut. Artinya bahwa untuk mengadakan pertimbangan tertentu atas resiko perusahaan dan untuk menilai arus kas masa depan, seseorang harus menganalisa neraca dan menentukan likuiditas perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Likuiditas menggambarkan jumlah waktu yang diperlukan untuk berlalu sampai dari suatu harta direalisasikan atau sebaliknya dikonversi menjadi uang kas dan sampai suatu hutang harus dibayarkan. Pada dasarnya fleksibilitas keuangan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mengambil tindakan efektif guna mengubah jumlah dan waktu arus kas sehingga ia dapat tanggap terhadap kebutuhan dan peluang yang tidak terduga.
Dari pengertian neraca maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa neraca merupakan laporan jumlah harta dan kewajiban berdasarkan kejadian atau transaksi pada masa yang lalu. Pengukurannya dipengaruhi oleh kestabilan nilai rupiah dan hanya mengukur mengenai aktivitas perusahaan yang dapat dinilai dengan uang. Neraca keuangan merupakan komposisi dari jumlah aktiva dan pasiva yang dimiliki perusahaan pada sustu periode. Neraca memiliki beberapa manfaat seperti yang telah disebutkan di atas, neraca juga memiliki beberapa keterbatasan. Beberapa keterbatasan neraca menurut Smith dan Skousen (1993:151), adalah sebagai berikut:
a.    Para pemakai ekstern acap kali ingin mengetahui nilai perusahaan, pada dasarnya neraca tidak mencerminkan nilai berjalan dari suatu perusahaan, akan tetapi sumber daya dan kewajiban perusahaan disajikan dengan nilai historis berdasarkan transaksi dan kejadian dimasa lalu. Pengukuran biaya historis menunjukkan nialai pasar yang ada pada tanggal terjadinya transaksi dan kejadian-kejadian. Namun demikian, jika harta tertentu ternyata berubah dengan tajam setelah tanggal perolehannya, maka angka-angka neraca tidak relevan lagi untuk mengevaluasi nilai perusahaan.
b.   Suatu masalah yang berkaitan dengan neraca adalah kestabilan nilai rupiah sebagai satuan standar pengukur akuntansi. Karena adanya perubahan-perubahan harga umum dalam ekonomi, rupiah tidak menunjukkan suatu daya beli yang konstan. Pada hal nilai-nilai historis sumber daya dan kekayaan dinyatakan dalam neraca tidak disesuaikan dengan perubahan-perubahan daya beli satuan pengukuran. Hasilnya adalah suatu neraca yang mencerminkan harta, hutang dan kekayaan dalam satuan daya beli tyang berbeda-beda.
c.    Keterbatasan lainnya dari neraca juga berkaitan dengan kebutuhan pembanding, dimana perusahaan-perusahaan tidak mengklasifikasikan dan melaporkan pos-pos yang serupa secara sama. Sebagai contoh, nama dan klasifikasi perkiraaan bervariasi, beberapa perusahaan membuat lebih terperinci dari pada yang lain, dan beberapa perusahaan dengan transaksi yang benar-benar sama ternyata melaporkan secara berbeda-beda. Perbedaan tersebut mengakibatkan pembandingan sulit dilakukan dan mengurangi nilai potensial analisa neraca.
d.   Neraca juga dianggap memiliki beberapa kelemahan dalam bidang lainnya, terutama akibat masalah pengukuran beberapa sumber daya dan kewajiban tidak dilaporkan pada neraca.
Dari pengertian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa neraca merupakan laporan jumlah harta dan kewajiban berdasarkan kejadian atau transaksi pada masa yang lalu, pengukurannya dipengaruhi oleh kestabilan nilai rupiah dan hanya mengukur mengenai aktivitas perusahaan yang dapat dinilai dengan uang.
2.  Laporan Laba Rugi
Laporan rugi laba merupakan suatu laporan sistematis tentang pendapatan/ hasil usaha, beban, laba perusahaan atau rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Menurut Keiso dan Waygandt (1995:177), perhitungan laba rugi adalah: “Laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu.” Pentingnya perhitungan laba rugi karena beberapa alasan, alasan utamanya adalah bahwa laporan yang membantu mereka dalam meramalkan jumlah, waktu dan ketidak pastian dari arus kas masa depan. Ramalan yang akurat akan arus kas masa depan membantu investor untuk menilai ekonomi perusahaan dan kreditur sehingga dapat menentukan profitabilitas dari pembayaran kembali sahamnya terhadap perusahaan.
Perhitungan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan untuk meramalkan arus kas masa depan dalam beberapa cara yang berbeda (Keiso dan Waygandt, 1995:179)
a.       Investor dan kreditor dapat menggunakan informasi pada perhitungan laba rugi untuk mengevaluasi prestasi masa lalu perusahaan. Keberhasilan pada masa yang akan datang kecenderungan penting dapat ditentukan. Artinya jika suatu korelasi antara prestsi masa lalu dan masa depan dapat diasumsikan, maka prediksi atas arus kas masa depan dapat dibuat dengan kenyakinan tertentu.
b.      Perhitungan laba rugi membantu pemakai menentukan resiko (tingkat ketidakpastian) dari tidak mencapai arus kas tertentu. Informasi mengenai berbagai komponen laba pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian menyoroti hubungan di antara berbagai komponen ini. Komponen ini memungkinkan seseorang, misalnya untuk menilai secara lebih baik perubahan dalam permintaan akan produk suatu perusahaan terhadap penetapan beban.
3.      Peramalan Penjualan
Peramalan penjualan sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan khususnya di bidang produksi. Selain itu perusahaan dapat mengetahui aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dikemudian hari seperti perencanaan dan penjadwalan produksi dengan mempertimbangkan kapasitas pabrik atau perencanaan tenaga kerja. Peramalan penjualan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang melalui pengujian keadaan di masa lalu.
Peramalan (forecasting) penjualan merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Peramalan mempunyai peranan langsung pada peristiwa eksternal yang pada umumnya berada diluar kendali manajemen” (Yamit, 2000:36).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peramalan merupakan suatu metode yang digunakan untuk membuat suatu perkiranaan yang akan terjadi pada masa yang akan datang dalam rangka untuk mewujudkan tingkat efektivitas dan efisiensi sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Pada dasarnya peramalan penjualan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: peramalan subyektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan  orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan orang yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil ramalan tersebut. Kedua yaitu peramalan yang obyektif , yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan metode-metode dalam penganalisaan tersebut.
Menurut Yamit (2000:37): “Metode peramalan permintaan atau penjualan dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif”. Metode kuantitatif dibagi ke dalam deret berkala atau runtun waktu (time series) dan metode kausal, sedangkan metode kualitatif dibagi menjadi metode eksploratoris dan normatif.
Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat, ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode tersebut. Metode kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang memiliki tingkat ketepatan yang tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih sistematis, dan lebih populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi yaitu meliputi:
1.          Tersedia informasi tentang masa lalu.
2.          Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
3.          Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan terus berlanjut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan masing-masing metode peramalan, yaitu meliputi:



a.       Pengguna atau pelaku dan kecanggihan metode
Pengetahuan dan pengalaman pengguna dan pelaku peramalan sangat mementukan keberhasilan metode peramalan, kadang-kadang metode yang sederhana dan mudah dipahami dapat menghasilkan ramalan yang lebih baik.
b.      Waktu peralaman dan sumber daya yang tersedia
Waktu yang tersedia untuk mengumpulkan data dan persiapan peramalan, yang biasanya menggunakan dan memakan waktu serta biaya yang cukup besar.
c.       Tujuan penggunaan dan karakteristik keputusan manajemen yang meliputi, antara lain:
1.      Akurasi hasil ramalan
2.      Jangka waktu penggunaan hasil ramalan.
3.      Jumlah item yang akan diramal

4.      Metode Peramalan Keuangan
Model yang dapat digunakan dalam peramalan keuangan yaitu meliputi :
                  a.       Metode rasio konstan (constant ratio method)
Metode rasio konstan (constant ratio method) merupakan suatu metode untuk meramalkan laporan keuangan dan kebutuhan keuangan di masa mendatang, dengan asumsi asumsi rasio-rasio keuangan tertentu akan tetap konstan (Brigham dan Houston, 1999:120).
b.  Metode regresi linier
Metode ini mencari hubungan regresi dari variabel dependen (semua pos aktiva dan pasiva yang terkait dengan penjualan) dengan variabel independen (tingkat penjualan) dan menyatakan hubungan tersebut dalam persamaan regresi (Husnan, 1992).
Regresi adalah suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan utama analisis regresi adalah untuk membuat ramalan nilai suatu variabel (variabel dependen) jika nilai variabel lainna (variabel independen) sudah ditentukan (Algifari, 1997 :112).
Untuk meramalkan nilai suatu variabel dependen bila variabel independen diketahui digunakan persamaan garis regresi dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = adalah variabel dependen
a  = adalah intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)
b  = adalah kemiringan (slope) kurva linier
X  = adalah variabel independen
Berdasarkan persamaan di atas dapat digunakan untuk menaksir nilai Y, jika nilai a, b, dan X diketahui. Nilai a merupakan nilai Y yang dipotong oleh kurva linier pada sumbu vertikal Y (a adalah nilai Y, bila X = 0). Nilai b adalah kemiringan  (slope) kurva linier yang menunjukkan besarnya perubahan nilai Y sebagai akibat perubahan setiap unit nilai X. Besarnya nilai a dan b konstan sepanjang kurva linear.    
Persamaan regresi digunakan untuk meramal nilai pos-pos tersebut untuk masa yang akan datang. Dari sini dapat disusun neraca proforma untuk tahun yang akan datang. Dengan mengurangkan total kewajiban dari total aktiva pada neraca proforma ini, kebutuhan tambahan dana untuk tahun yang akan datang dapat ditentukan.     
c.  Metode prosentase penjualan.
Metode prosentase penjualan adalah metode untuk mengembangkan laporan laba rugi proforma yang menyatakan harga pokok penjualan, biaya operasi dan biaya bungan sebagai prosentase dari penjualan yang sudah diproyeksikan (Sundjaja dan Barlian,  2003:173).
Metode ini meramal aktiva dan pasiva untuk periode mendatang sebagai prosentase dari ramalan penjualan. Prosentase yang dipergunakan bisa diambil dari laporan keuangan yang terbaru dari penjualan berjalan (current sales), atau dari perhitungan rata-rata beberapa tahun, atau dari penilaian analis, atau dari kombibasi sumber-sumber tersebut. Setelah ramalan untuk pos-pos yang terkait dengan penjualan didapat, hasil tersebut diterapkan pada formula ,matematis yang telah ditetapkan untuk menentukan kebutuhan dana. Rumus untuk meramal kebutuhan dana menggunakan metode prosentase penjualan sebagai berikut: (Weston dan Copeland,  1992:320).

Dana ekstern yang dibutuhkan =

Keterangan :
 = Harta yang bertambah secara spontan sesuai dengan pendapatan   atau penjualan total yang dinyatakan dalam prosentase dari pendapatan (penjualan) total.
 =  Kewajiban yang betambah secara spontan sesuai dengan pendapatan total yang dinyatakan dalam presen dari pendapatan atau penjualan total.
  =  Perubahan dalam pendapatan atau penjualan total.
      =  Marjin laba terhadap penjualan.
 =   Proyeksi pendapatan untuk tahun itu.
     =   Rasio retensi laba.
Metode-metode lain yang dapat digunakan dalam peramalan, antara lain : (Husnan, 1982:113).
1.        Metode diagram pencar atau regresi sederhana.
2.        Metode regresi berganda.
3.   Metode regresi “curviliniear”.
Perbandingan antar metode peramalan:
a.  Metode prosentase penjualan
Metode ini menganggap bahwa rekening-rekening neraca tertentu bervariasi secara langsung dengan penjualan, yaitu bahwa perbandingan rekening-rekening tertentu dengan penjualan adalah konstan.
b.  Metode regresi
Metode ini adalah lebih baik karena rasio aktiva dan kewajiban dengan penjualan tidak dianggap konstan seperti pada metode prosentase penjualan.

5.  Hubungan antara Pertumbuhan Penjualan dan Kebutuhan Keuangan
Makin pesat pertumbuhan penjualan, makin besar pula kebutuhannya akan pembiayaan tambahan. Adapun hubungan tersebut yaitu meliputi:
a.       Kelayakan keuangan
Pada tingkat pertumbuhan yang rendah, perusahaan tidak membutuhkan pembiayaan eksternal, bahkan kas surplus. Akan tetapi perusahaan tersebut tumbuh lebih pesat maka modal dari sumber eksternal harus diusahakan. Selanjutnya makin cepat tingkat pertumbuhan, makin besar kebutuhan modal. Jika manajemen memperkirakan bakal terjadi kesulitan dalam penyediaan modal yang dibutuhkan mereka harus mempertimbangkan kembali kelayakan perencanaan tersebut.

b.      Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebutuhan pembiayaan.
Kebijakan pembayaran deviden seperti tercermin pada rasio pembayaran deviden juga mempengaruhi kebutuhan modal eksternal.Makin tinggi rasio pembayaran deviden makin kecil penambahan laba yang ditahan, sehingga makin besar pula modal eksternal yang diperlukan.
c.       Kepadatan modal
Jumlah aktiva yang diperlukan untuk setiap dolar penjualan yaitu sering disebut rasio kepadatan modal (capital intensity ratio). Rasio ini berpengaruh besar terhadap kebutuhan modal. Jika rasio kepadatan modal rendah, penjualan bisa tumbuh pesat tanpa terlalu banyak modal dari luar. Akan tetapi jika perusahaan bersangkutan padat modal, pertumbuhan yang kecil sekalipun akan memerlukan sejumlah besar modal dari luar.
d.      Marjin laba
Margin laba merupakan determinan penting dalam persamaan kebutuhan modal, makin tinggi margin makin rendah kebutuhan akan dana. Dalam bentuk grafik suatu kenaikan dalam margin menyebabkan garis persamaan kebutuhan modal akan menurun.




BAB III
METODE PENELITIAN

 

A.    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian diambil oleh peneliti yaitu pada Perusahaan meubel Lindah Pasuruan, dengan alamat di Jl. Gentong No. 4 Pasuruan.

B.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat studi kasus, yaitu jenis penelitian yang berisikan paparan atau data yang relevan dari hasil penelitian pada obyek penelitian yang mencoba mengetahui dan memecahkan permasalahan yang dihadapi perusahaan.

C.  Definisi Operasional Variabel Penelitian
1.      Pertumbuhan penjualan yaitu merupakan peningkatan jumlah atau volume penjualan yang telah dicapai oleh perusahaan tahun 2002 sampai 2006.
2.      Rekening-rekening neraca yaitu merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu, yang meliputi:
a.       Aktiva merupakan sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka untuk menjalankan aktivitasnya.
b.      Pasiva adalah pengorbanan ekonomis yang timbul dimasa mendatang dari kewajiban perusahaan yang terjadi.
c.       Modal saham adalah sisa aset yang dimiliki oleh perusahaan dikurangi dengan hutang yang dimiliki perusahaan.
3.      AFN adalah besarnya dana tambahan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan berdasarkan peningkatan volume penjualan.
4.      Rekening-rekening laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, yaitu meliputi:
a.       Laba merupakan kenaikan modal saham yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari pendapatan operasional perusahaan tahun 2006
b.      Rugi yaitu merupakan penurunan modal saham yang diakibatkan dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan pada suatu periode tertentu yaitu tahun 2006.
c.       Penjualan adalah merupakan serangkaian langkah yang dilalui oleh tenaga penjual dalam sebuah organisasi tertentu untuk menawarkan suatu produk atau jasa tertentu kepada konsumen pada tahun 2006.

D.  Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,  adalah data yang diperoleh tidak secara langsung melainkan sudah dikumpulkan oleh pihak lain yang sudah diolah. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari arsip perusahaan. Data sekunder tersebut yaitu meliputi data:
a.       Gambaran umum perusahaan
b.      Jenis produk dan jumlah produksi.
c.       Data laporan keuangan, yaitu mengenai neraca dan laporan laba rugi tahun 2002 sampai 2006.

E.  Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dilakukan melalui dokumentasi, yakni mempelajari serta menyalin catatan atau dokumen yang berhubungan dengan data yang diperlukan berupa laporan keuangan perusahaan yang meliputi gambaran umum perusahaan, jenis produk dan jumlah produksi, neraca dan laporan rugi laba, yang bersumber dari Perusahaan meubel Lindah Pasuruan, selanjutnya sumber data tersebut dipelajari, diklasifikasikan kemudian dianalisis.

F.  Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data yang akan dilakukan terdiri dari beberapa langkah yaitu meliputi:
1.      Peramalan Penjualan
Untuk menyusun peramalan keuangan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode regresi linier dan model-model yang terkomputerisasi. Analisis regresi merupakan metode yang lebih umum digunakan untuk meramalkan kebutuhan-kebutuhan keuangan dan tidak terlalu mudah terkena perangkap potensial dam metode prosentase penjualan.
Pada analisis regresi ini, persamaan yang digunakan untuk menganalisa data adalah :
Y = a + bX    (Brigham dan Houston, 1999:120).
Keterangan :
Y = adalah variabel dependen
a = adalah intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)
b = adalah kemiringan (slope) kurva linier
X = adalah variabel independen
Persamaan di atas dapat digunakan untuk menaksir nilai Y, jika nilai a, b, dan X diketahui. Nilai a merupakan nilai Y yang dipotong oleh kurva linier pada sumbu vertikal Y (a adalah nilai Y, bila X=0). Nilai b adalah kemiringan (slope) kurva linier yang menunjukkan besarnya perubahan nilai Y sebagai akibat perubahan setiap unit nilai X. besarnya nilai a dan b konstan sepanjang kurva linier.
2.      Tingkat Pertumbuhan Penjualan
Adapun persamaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penjualan yaitu:
Gt =
Gt = Tingkat Pertumbuhan Penjualan
SRt= Penjualan pada tahun t
SRt-1= Penjualan pada tahun t-1
3.      Penentuan besarnya AFN (Additional Fund Needed)
4.      Peramalan Neraca tahun 2007
5.      Peramalan Laporan Laba Rugi Tahun 2007












DAFTAR PUSTAKA


Brigham & Houston, 1999, Manajemen Keuangan, Buku Kedua, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gitosudarmo dan Basri, 1992, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh, M & Halim, Abdul, 2000, Analisa Laporan Keuangan. UPP AMD YKPN, Yogjakarta.

Indriantoro dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisinis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Kieso & Weygandt, 1995, Akuntansi Intermediate, Edisi Ketutuh, Jilid Pertama, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Munawir, S. 1992, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta.

Riyanto, Bambang. 1995. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Universitas Gajah Mada Jogjakarta.

Smith dan Skousen, 1993, Akuntansi Intermediate, Edisi Kedelapan, Jilid I, Alih Bahasa Nugroho Widjajanto, Penerbit Erlangga: Jakarta.

Tampubolon, Manahan, 2005, Manajemen Keuangan (Finance Management), Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia: Bogor.

Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketigabelas Penerbit Liberty: Yogyakarta.

Weston J. Fred & Copeland E Thomas, 1999, Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Jilid Pertama, Penerbit Erlangga Jakarta.

Ridwan dan Barlian, 2004, Manajemen Keuangan, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Penerbit Atas Kerjasama Penulis dengan Yayasan Honda Motor.

Weston & Brigham, 1991, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ketujuh, Jilid Pertama, Penerbit Erlangga Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar