Selasa, 28 Oktober 2014

KOMUNIKASI ANTAR ORGANISASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berkomunikasi disetiap situasi itulah hal yang sering kita lakukan dan pasti kita lakukan. Karena manusia sebagai mahluk sosial tak luput dari komunikasi. Suatu proses penyampaian pesan dari sumber terhadap penerima pesan bisa melalui perantara atau media dengan adanya efek-efek atau timbal balik. Dalam konteks komunikasi beragam adanya salah satunya adalah Komunikasi Antar Pribadi. Dimana proses komunikasi yang terjadi antar individu-individu dan biasanya terjadi antara dua orang secara langsung.

Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses komunikasi antara pribadi ataupun antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi antar pribadi.

Komunikasi sendiri adalah proses penyesuaian yang terjadi hanya bila komunikator menggunakan sistem isyarat yang sama. Dengan itu, bagaimana kita untuk selalu mampu menyesesuaikan agar terciptanya kesamaan makna. Manusia selalu berkomunikasi dan berkomunikasi yang paling sering dilakukan adalah komunikasi antar pribadi maka, komunikasi sebagai perwujudan kesamaan akan makna perlu dipelajari sebagaimana salah satu karakteristik dari komunikasi antar pribadi itu sendiri adalah komunikasi antar pribadi sesuatu yang dipelajari. Karena semua orang pasti berkomunikasi namun, tidak semua orang memiliki skill dalam berkomunikasi.

Teori-teori komunikasi antar pribadi umunya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationships), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator. teori-teori yang menjadi kajian pada pembahasan dalam makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih memberikan referensi serta pengetahuan dalam berkomunikasi yang lebih baik dan lebih jauh lagi dalam perkembangan positif.

1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
§     Untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
§     Untuk bahan referensi khususnya Komunikasi Antar Pribadi.

1.2.2           Kegunaan
1.2.2.1                     Kegunaan Teoritis
§     Untuk pengembangan ilmu khususnya ilmu komunikasi

1.2.2.2 Kegunaan Praktis
§     Bagi pemakalah, sebagai aplikasi ilmu dari ilmu komunikasi khususnya komunikasi antar pribadi
§     Bagi akademik, berguna untuk semua mahasiswa UNIKAMA secara umum khususnya mahasiswa Manajemen.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Atraksi Antarpribadi
Dalam komunikasi antar pribadi (interpersonal) komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun non verbal. Dalam komunikasi antarpribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur biasa di sebut dengan atraksi interpersonal .

2.1.1 Model Teori Antar pribadi
Menurut Schutz teori ini dikembangkan untuk mengklasifikasikan kebutuhan antarpribadi bertitik-tolak dari landasan psikoanalitis. Kebutuhan antarpibadi yang berbeda-beda. Perbedaan di antara orang-orang dapat ditemukan pula pada kedua dimensi kebutuhan pribadi lainnya. Dalam berkomunikasi yang efektif ditandai dengan adanya hubungan atraksi interpersonal yang baik. Setiap kali melakukan komunikasi kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan, kita juga membutuhkan kadar dalam hubungan interpersonal.
Perlahan-lahan  studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan apad spek relasional. Ada yang menyebutkan fokus ini sebagai paradigma baru dalam penelitian komunikasi. Para psikolog pun mulai menaruh minat yang besar pada hubungan interpersonal seperti tampak pada tulisan Fordon W.Allport (1960), Erich fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua mewakili mazhab psikologi humanistic.

Belakangan Arnold P.Goldstein (1975) mengembangkan apa yang di sebut sebagai “relationship-enchancement methods” (metode peningkatan hubungan) dalam psikoterapi. Ia merumuskan metode ini dengan tiga prinsip : makin baik hubungan interpersonal,
1.                  Makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya
2.                  Makin cendrung ia meneliti persaannya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog)
3.                  Makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasihat yang diberikan penolongnya.

Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, kita akan membicarakan beberapa teori tentang hubungan interpersonal. Teori-teori ini memberikan perspektif untuk memandang proses hubungan interpersonal dan memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Selanjutnya kita akan membicarakan tahap-tahap hubungan interpersonal dan tiga faktor dalam komunikasi interpersonal yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik : percaya (trust), sikap suportif (supportiveness), dan sikap terbuka (open-mindedness).
Pada teori ini, diasumsikan suatu proses kesukaan terhadap orang lain dalam bentuk sifat, perilaku dan daya tarik seseorang. Karena dengan rasa suka yang semakin tertarik terhadap sesorang maka, akan besar kecenderungan kita pada orang tersebut untuk berusaha berkomunikasi dengannya.
Hal-hal tersebut bisa timbul suatu ketertarikan atau atraksi seseorang dengan adanya faktor-faktor baik yang bersifat personal maupun situasional.




2.1.2  Faktor Personal
2.1.2.1  Kesamaan Karakteristik Personal
Seseorang akan tertarik dengan lawan berkomunikasinya jika memiliki kesamaan dalam hal nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau status sosial ekonomi, agama, ideologi, dan sebagiannya. Dengan kesamaan karakteristik personal tersebut maka, kecenderungan yang besar untuk menyukai satu sama lain.


2.1.2.2               Tekanan Emosional (stres)

Kondisi serta situasi yang membuat orang tersebut berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain. Maka, akan menginginkan kehadiran sosok orang lain yang diharapkan  untuk  membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain tersebu semakin besar.


2.1.2.3                     Rendah Diri

Seseorang yang memiliki sikap rendah diri akan lebih mudah cenderung  untuk menyukai orang lain. Orang yang merasa penampilan dirinya kurang menarik atau kurang percaya diri maka, akan mudah menerima persahabatan dari orang lain.








2.1.2.4                     Isolasi sosial

Manusia merupakan mahluk sosial maka, kehidupannya tak luput dari saling membutuhkan satu sama lain antar manusia. Tanpa kehadiran orang lain manusia tidak akan mampu hidup dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan pengaruh pada dirinya, sebagaimana pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial yang sangat tinggi dan besar pengaruhnya terhadap ketertarikan diri kita pada orang lain.

2.1.3                     Faktor-faktor situasional
2.1.3.1                     Daya tarik fisik (physical attractiveness)

Fisik seseorang menjadi salah satu daya tarik seseorang terhadap orang lain, cantik dan tampan seseorang, postur tubuh, rambut, panca indera dan sebagiannya. Dalam hal ini, disurvei kesejumlah orang dan dibuktikan bahwa fisik merupakan penyebab utama adanya ketertarikan seseorang dengan orang lain (atraksi interpersonal) Mereka yang berpenampilan cantik dan menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.

2.1.3.2                     Ganjaran (reward)

Seseorang senang dan menyukai akan apa yang baik-baik dan ganjaran yang diterima pada dirinya dari orang lain akan timbul ketertarikan serta kedekatan dengan oarng yang memberikan ganjaran pada kita. Ganjaran biasanya berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.




2.1.3.3                     Familiarity

Seseorang atau hal-hal yang sering kita jumpai dan sudah kita kenal serta akrab dengan kita biasanya lebih disukai dan timbulnya ketertarikan daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita.


2.1.3.4                     Kedekatan (proximity) atau closeness

Dekat dan akrab adalah hal yang nyaman saat berkomunikasi maka, hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut.


2.1.3.5                     Kemampuan (competence)

Kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.


2.1.4           Teori Liking
Dalam Atraksi Antar Pribadi memiliki alasan-alasan yang menjelaskan mengapa kita menyukai orang lain, hal ini dijelaskan dalam empat teori, yaitu:




2.1.4.1                     Reinforcement Theory
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang menyukai dan tidak menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar (learning). Dalam hal ini ada tiga unsur learning, yaitu :
-                      Asosiatif, Belajar Asosiatif: menyenangi dan tidak menyenangi seseorang berdasarkan pengalaman kita dan stimuli yang kita asosiasikan dengan hal itu. Kita menyukai orang yang kita asosiasikan denga pengalaman yang menyenangkan.
-                       Instrumental, Belajar Instrumental: Kita menyuaki orang yang memberikan iimbalan (reward) pada kita dan tidak menyuaki orang yang memberikan hukuman.
-                       Sosial, Belajar Sosial: Kita cenderung lebih menyukai orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang lain tau oleh lingkungan sosial dan sebaliknya.


2.1.4.2                     Equity theory
Teori ini mengatakan bahwa individu selalu cenderung menjaga keseimbangan antara apa yang mereka berikan dan apa yang mereka dapatkan, atau antara cost dan reward. Jika kita berharap banyak dari suatu hubungan maka, kita juga harus menyumbang banyak untuk hubungan tersebut.

2.1.4.3            Exchange theory

Menurut teori ini, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Orang berhubungan deng orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh maka hubungan tersebut akan terus dilangsungkan

.

2.1.4.4                     Gain-loss theory
Kita lebih cenderung menyukai orang yang menguntungkan kita daripada yang merugikan bagi kita.

2.1.5 Pengaruh Atraksi Antarpribadi pada Komunikasi Antarpribadi         
Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai seeorang maka kita cenderung melihat segala sesuatu dari diri orang tersebut dengan positif sebaliknya jika kita tidak menyukai seseorang maka kita akan meliaht segala sesuatu dari orang tersebut secara negatif. Situasi tersebut sangat penting bagi terciptanya komunikasi interpersonal yang efektif, sebab semakin positif sikap kita terhadap lawan bicara kita maka, makin efektif pula kegiatan komunikasi yang kita lakukan dengan orang tersebut. Adapun hal-hal yang menjadi pengaruh atraksi antarpribadi pada komunikasi antarpribadi, yaitu:

·                    Penafsiran pesan dan penilaian

Sudah diketahui bahwa pendpat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasioanl. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif. Atraksi tidak saja mempengaruhi keputusan kita dalam bidang politik, tetapi juga menentukan pola komunikasi interpersonal.





·                    Efektivitas Komunikasi

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Sudah di buktikan oleh wolosin (1975) kita perluas pada situasi komunikasi lainnya, kita dapat menyatak bahwa komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai. Yang dapat diperluas lagi pada periklanan, pidato, komunikasi kelompok, penatara, lokakarya, seminar, wawancara, dan kegiatan-kegiatan komunikasi lainnya.


2.2 Teori Konflik Sosial
2.2.1 Definisi Konflik
Konflik didefinisikan sebagai suatu “perjuangan yang diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka” (Frost & Wilmot, 1978). Dan konflik berasal dari kata confligere yang artinya “bersama” atau “bersaling-saling” dan fligere yang artinya “tubruk” atau “bentur”.
Adapun konflik secara harfiah adalah perbenturan antara dua pihak yang tengah berjumpa dan bersilang jalan pada suatu titik kejadian, yang berujung pada terjadinya benturan. Sedangkan secara umum konflik didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang timbul karena adanya niat-niat disengaja antara pihak-pihak yang berkonflik itu. 



Menurut Coser, konflik itu memiliki fungsi sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme lewat mana kelompok-kelompok dan batas-batasnya dapat terbentuk dan dipertahankan. Konflik juga mencegah suatu pembekuan sistem sosial dengan mendesak adanya inovasi dan kreativitas (Garna, 1992: 67). Karena konflik lebih banyak dilihat dari segi fungsi positifnya, maka Teori Konflik yang dikembangkan Coser disebut pula Fungsionalisme Konflik Sosial.
Konflik sering memperkuat dan mempertegas batas kelompok dan meningkatkan penggalangan solidaritas internal kelompok.
Konflik antarkelompok merupakan penghadapan antara in-group dan out-group. Ketika konflik terjadi, masing-masing anggota dalam suatu kelompok akan meningkatkan kesadaran sebagai sebuah kelompok (in-group) untuk berhadapan dengan kelompok lain (out-group).
Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial lainnya. (Poloma, 1987: 108). Ketika ada ancaman dari luar, maka kelompok tidak mungkin memberikan toleransi pada perselisihan internal.

2.2.2 Definisi Sosial
Sosial bisa berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata kita dan kita rasakan namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap kita bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial.


2.2.3 Teori Konflik Sosial
Teori Konflik telah diulas dan dikembangkan oleh para sosiolog. Mereka antara lain, Karl Marx, Ralf Dahrendorf, George Simmel, dan Lewis Coser. Teori konflik sosial adalah Marxis berbasis teori sosial yang berargumen bahwa individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat mempunyai pendapat yang berbeda dalam jumlah materi dan non-sumber daya materi (orang kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat menggunakan kekuatan dalam untuk untuk mengeksploitasi kelompok-kelompok dengan daya yang lebih kecil.

Garis besar teori Marx tentang konflik mencakup beberapa pokok bahasan :
§     Penyebab konflik
Konflik terjadi dan biasanya karena faktor ekonomi ( determinasi ekonomi ). Yang dimaksud dengan Faktor ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksi.
§     Siapa yang terlibat konflik
Konflik terjadi antara dua kelas (Borjuis dan Proletar ). Konflik ini bersifat mendalam dan sulit diselesaikan. Perbedaannya bukan dalam cara hidup melainkan perbedaan dalam kesadaran kelas. Dalam teori Marx eksistensi sosial menentukan kesadaran dan perbedaan kelas (kaya miskin) .Perbedaan ini mencakup dalam materi dan psikologi. Perbedaan antara kelas borjuis dan kelas proletar tidak hany terdapat pada cara hidup melainkan juga cara berfikir.



§     Pola konflik
Pola Konflik : Kelas sosial-----Konflik------Revolusi.
Dalam konflik sosial kaum proletar tidak mau dan tidak bisa melepaskan diri . Mereka terpaksa dan ditindas. Dalam paksaan dan penindasn ini hukum tidak dapat dijatuhkan kepada majikan
§     Solusi konflik
Menurut Johnson (1990: 162), perhatian utama Teori Konflik adalah pada mengenal dan menganalisis kehadiran konflik dalam kehidupan sosial, sebab, dan bentuknya, dan dalam banyak hal, akibatnya dalam perubahan sosial.
Dengan demikian, konflik perlu dikelola. Konflik yang tidak dikelola dapat menimbulkan perubahan sosial yang tidak diharapkan, sementara konflik yang dikelola dapat mengarahkan perubahan sosial ke arah yang diharapkan. Teori Konflik dengan analisis fungsional terus dikembangkan oleh sejumlah pakar, antara lain melalui berbagai studi eksperimen, di antaranya yang sangat menonjol adalah eksperimen Muzafer Sherif.

Dalam upaya pengembangan teori ini, Sherif melakukan eksperimen, dengan mengumpulkan sejumlah orang, dengan tahapan sebagai berikut:
(1)               pemilihan teman secara spontan,
(2)               pembentukan kelompok,
(3)               konflik antarkelompok, dan
(4)               kerja sama antarkelompok atau pengurangan konflik antarkelompok   (Taylor dan Moghaddam, 1994).

Pada awalnya setiap orang mencari pilihan kawan yang cocok sehingga terbentuklah kelompok-kelompok. Dalam pembentukan kelompok ini diperlukan adanya kerja sama antar individu. Mereka melakukan serangkaian tugas bersama. Pada saat yang sama, mereka juga membangun kultur kelompok. Ketika konflik terjadi, di kalangan para anggota kelompok terjadi persepsi yang bias. Terjadi peningkatan sikap positif terhadap kelompok dirinya masing-masing (in-group) berupa solidaritas internal, dan sikap negatif terhadap kelompok lain (out-group). Kekompakan, komitmen, konformitas pada in-group makin tinggi, juga muncul kepemimpinan yang bersifat agresif.
Konflik antarkelompok ini kemudian dapat dikendalikan ketika semua kelompok dihadapkan pada tugas bersama yang merupakan tujuan bersama yang lebih tinggi (superordinate goals), yang pencapaiannya tak mungkin tanpa partisipasi seluruh kelompok. Maka terjadilah tranformasi dari situasi konflik ke relasi antarkelompok yang harmonis.
Penyelesaian konflik antarkelompok yang didalamnya individu-individu berdasarkan Teori Konflik, menurut eksperimen Sherif adalah berada pada tahap terakhir, yakni bagaimana mengubah konflik, pertikaian, atau perselisihan menjadi sebuah bentuk kerja sama. Menurut Sherif, konflik antarkelompok itu akan berubah menjadi kerja sama antarkelompok apabila kepada mereka diintroduksikan superordinate goals secara meyakinkan bahwa di atas hal-hal yang membuat mereka saling bermusuhan itu, ada hal yang jauh lebih penting untuk dihadapi bersama.





2.3 Teori Komunikasi Antar Pribadi sebagai suatu proses yang berkembang
2.3.1 Sejarah Komunikasi Manusia
Sejarah pekembangan komunikasi manusia dapat ditelusuri sejak sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Sejak zaman itu hingga sekarang, sejarah perkembangan komunikasi manusia dapat dibagi dalam 4 (empat) era perubahan:
§     era komunikasi tulisan,
§     era komunikasi cetakan,
§     era komunikasi telekomunikasi, dan
§     era komunikasi interaktif.
Era komunikasi tulisan terjadi sejak Bangsa Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis dalam lembaran tanah liat sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Era komunikasi cetakan diawali dengan ditemukannya mesin cetak hand-pres oleh Gutenberg pada tahun 1456.
Era telekomunikasi dimulai sejak penemuan alat telegrap oleh Samuel Morse pada tahun 1844. Era komunikasi interaktif, mulai terjadi pada tahun 1946, dengan ditemukannya Mainframe computer ENIAC dengan 18.000 vacuum tubes oleh para ahli dari universitas Pennsylvania, Amerika Serikat.






2.3.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi
Sejarah perkembangan ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak zaman Yunani kuno, beberapa ratus tahun sebelum Masehi. Sejak itu perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi dalam (4) empat periode tradisi retorika. Kedua, periode pertumbuhan yang terjadi dari tahun 1900 hingga Perang Dunia II. Ketiga, periode konsolidasi yakni sejak usainya Perang Dunia II hingga tahun 1960-an. Keempat, adalah periode teknoloi komunikasi yang terjadi sejak tahun 1960-an hingga sekarang.
Di Indonesia, pendidikan ilmu komunikasi baru dimulai pada tahun 1949. Hingga tahun 1970-an bidang kajian komunikasi yang dipelajari umumnya dititikberatkan pada bidang jurnalistik dan penerangan. Pada masa sekarang ini, jumlah perguruan tingi yang semakin luas, tidak hanya terbatas pada bidang jurnalistik dan penerangan.
Perspektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari proses pengembangannya. Komunikasi dalam definisi ini dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu proses komunikasi dikatakan besifat interpersonal bila berdasarkan pada :
a) data psikologis,
b) pengetahuan yang dimiliki, dan
c) aturan-aturan yang ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi.
Analisis pada tingkat psikologis. Apabila prediksi/prakira yang dibuat komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu pesan didasarkan atas analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan, maka dapat diaktakan komunikator melakukan prediksi pada tataran psikologis.

Pada mulanya komunikasi hanya sekedar alat antar manusia untuk saling berhubungan. Dan pada waktu itu, komunikasi dianggap sebagai kegiatan biasa yang tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus diperhatikan, dikaji, atau distrukturkan dalam bentuk yang pasti. Pada abad ke-5 sebelum masehi, Diyunani berkembang suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia, namanya retorika berasal dari bahasa yunan retorike yang berarti berdebat, dari akar kata rekor (orang yang berpidato). Retorika berarti seni pidato dan berargumentasi yang bersifat menggugah atau seni menggunakan bahasa secara lancar untuk memengaruhi dan mengajak. Sejak abad itu, segala urusan yang berhubungan dengan gagasan, pernyataan, dan keinginan untuk menyampaikan kepada orang lain mendapatkan perhatian khusus. Banyak tokoh bermunculan yang mengkaji retorika, mulai dari mazhab filsafat Sophis, yang tokohnya Georgias dan Protagoras. Pada hal ini retorika mendapat perhatian khusus, bahkan ada beberapa pemikir yang menempatkan retorika sebagai hal penting dalam masyarakat dan pemerintah.

Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Rogers menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi (Allo Liliweri, 1991: 12).

Pemahaman mengani hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi antar pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Telah puluhantahun para ahli mencoba untuk menentukan bagaimana hubungan terbentuk dan bagaimana hubungan berakhir. Pada bagian ini kita akan menyimak sejumlah teori yang menjelaskan bagaimana berkembangnya suatu hubungan. Dan tentunya penjelasan tersebut diharapkan akan memperkaya pemahaman kita terhdap proses pengembangan hubungan.


Steve Duck (1985) menganggap bahwa kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan mengetahui atribut masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi. Sebagai contoh, seorang ibu yang langsung menanggapi anaknya yang menangis akan membentuk hubungan ibu-anak yang berbeda dengan ibu lain yang menunggu sekian lama sebelum menanggapi anaknya yang menangis. Meskipun demikian mengetahui atribut masing-masing hanyalah salah satu aspek yang mempengaruhi hubungan. Untuk mengenali tahap (kualitas hubungan) yang terjadi kita dapat melihatnya dari bagaimana saling menanggapi. Lebih jauh Duck mengungkapkan bahwa hubungan tidak selalu berkembang dalam bentuk linear dan berjalan mulus, dan bahwa orang tidak selalu aktif mencari informasi mengenai partnernya, baisanya malahan informasi tersebut didapat secara kebetulan dan bukan sengaja dicari. Bagi Duck tidak semua hubungan akrab, tidak semua hubungan berkembang, dan hubungan dapat sekaligus stabil dan memuaskan.


2.3.3 Pengembangan Hubungan
Barangkali tidak ada yang lebih penting bagi kita selain kontak atau hubungan dengan sesama manusia. Begitu pentingnya kontak ini sehingga bila kita tidak berhubungan dengan orang lain dalam waktu yang lama, rasa tertekan akan timbul, rasa ragu terhadap diri sendiri muncul, dan orang merasa sulit untuk menjalani hidup sehari-harinya. Desmond Morris, dalam Intimate Behavior (1972), mencatat bahwa kontak dengan orang lain begitu pentingnya sehingga kultur kita telah membentuk segala macam subtitusi untuk menggantikan ketiadaan hubungan ini. Orang sering kali mengunjungi profesional seperti dokter, perawat, dan pemijat bukan karena sakit fisik, melainkan karena kebutuhan untuk kontak.




Setiap hubungan bersifat unik. Begitu juga, masing-masing dari kita membina hubungan karena alasan-alasan yang unik. Namun demikian, dalam semua keragaman ini, ada beberapa alasan umum untuk mengembangkan sebagian besar hubungan. Kedua, kita membahas proses memprakarsai hubungan dan beberapa saran nonverbal serta verbal untuk membuat jumpa pertama lebih efektif.

2.3.4 Alasan-alasan untuk Pengembangan Hubungan

Empat alasan umum untuk pengembangan hubungan adalah :

§     Mengurangi Kesepian
Kontak dengan sesama manusia mengurangi kesepian. Adakalanya kita mengalami kesepian karena secara fisik kita sendirian, walaupun kesendirian tidak selalu berarti kesepian. Kita mempunyai kebutuhan yang terpenuhi akan kontak yang dekat, kadang-kadang secara fisik, adakalanya secara emosional, dan lebih sering dari keduanya (Pelpau & Periman, 1982; Rubenstein & Shaver, 1982).

Sementara orang, dalam upaya mengurangi kesepian, berusaha melingkungi dirinya dengan banyak kenalan. Kadang-kadang ini membantu, tetapi sering kali malah membuat rasa sepi makin parah. Satu hubungan yang dekat biasanya malah lebih baik. Kebanyakan dari kita mengetahui hal ini, dan itulah sebabnya kita berusaha membina hubungan antarpribadi (Perlman & Pelpau, 1981)

§     Mendapatkan Rangsangan
Manusia membutuhkan stimulasi. Jika kita tidak menerima stimulasi, kita mengalami kemunduran dan bisa mati. Kontak antar manusia merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan stimulasi ini. Kita merupakan gabungan dari banyak dimensi yang berbeda-beda, dan semua dimensi kita membutuhkan stimulasi.
Kita adalah mahluk intelektual, dan karena kita membutuhkan stimulasi intelektual. Kita membicarakan gagasan, mengikuti kegiatan kelas, dan berdebat tentang interpretasi yang berbeda mengenai film atau novel. Dengan cara itu kita mengasah kemampuan penalaran, analitik, dan interpretasi kita. Dengan melakukannya, kita meningkatkan, mempertajam, dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ini.

Kita juga mahluk fisik yang membutuhkan stimulasi fisik. Kita butuh membelai dan dibelai, memeluk dan dipeluk. Selanjutnya, kita adalah mahluk emosional yang membutuhkan stimulasi emosional. Kita perlu tertawa dan menangis, membutuhkan harapan dan kejutan, dan mengalami kehangatan dan afeksi. Kita membutuhkan latihan untuk emosi kita selain juga untuk kemampuan intelektual kita.


§     Mendapatkan Pengetahuan Diri
Sebagian besar melalui kontak dengan sesama manusialah kita belajar mengenai diri kita sendiri. Dalam diskusi tentang kesadaran diri telah dijalaskan bahwa kita melihat diri sendiri sebagian melalui mata orang lain. Jika kawan-kawan kita melihat kita sebagai orang yang hangat dan pemurah, misalnya, barangkali kita juga akan memandang diri sendiri sebagai hangat dan pemurah. Persepsi diri kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dipikirkan orang tentang diri kita.


§     Memaksimalkan Kesenangan, Meminimalkan Penderitaan
Alasan paling umum untuk membina hubungan, dan alasan yang dapat mencakup semua alasan lainnya, adalah bahwa kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk memaksimalkan kesenangan kita dan meminimalkan penderitaan kita. Kita perlu berbagi rasa dengan orang lain mengenai nasib baik kita mengenai penderitaan emosi atau fisik kita.
Barangkali kebutuhan yang terakhir ini bermula di masa kanak-kanak, ketika anda berlari mendekati ibu sehingga beliau dapat mengecup luka anda atau ikut menikmati kegembiraan anda. Sekarang anda tentu sulit untuk berlari mendekati ibu, karenanya anda mencari orang lain, umumnya kawan-kawan yang memberikan dukungan yang sama seperti yang pernah dilakukan ibu di waktu yang lalu.

Dalam komunikasi antar pribadi mengalami perkembangan dalam hubungan antar manusia. Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi antar pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Namun, dengan perkembangannya hubungan mengalami pasang surut antar individu.

Suatu kenyataan dalam kehidupan kita adalah bahwa banyak hubungan dengan orang lain bersifat temporer. Ketika mengembangkan dan mengakhiri hubungan, kita melewati serangkaian tahap keakraban atau keintiman.  Antara lain dari hubungan yang bukan yang bukan bersifat pribadi dengan menggunakan aturan-aturan ekstrinsik sampai kepada hubungan antarpribadi yang diatur oleh aturan-aturan intrinsik.

Knapp (1978) merumuskan model tahapan hubungan yang menunjukan bahwa orang mempertimbangkan untuk menuju hubungan yang lebih akrab dengan orang lain. Menurutnya hubungan berkembang melalui lima tahap, yaitu inisiasi, eksperimen, intensifikasi, integrasi dan ikatan.

Dalam perkembangan hubungan seseorang tak luput dari komunikasi. Maka, komunikasi antar pribadi selalu mengalami perkembangan yang disetiap situasinya, kondisinya, dimana dan kapanpun. Sehingga, skill dalam berkomunikasi dalam berkomunikasi perlu dimiliki setiap orang untuk tercapainya tujuan yang diharapkan.


BAB III
PENUTUP
3.1 Contoh Kasus
Contoh dan solusi komunikasi antar pribadi dalam teori konflik sosial.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bertolak dari pengertian Teori Konflik Sosial maka dapat diambil solusi bahwa konflik itu harus dapat dikelola dengan baik seperti contoh jika terjadi konflik horizontal maka tindakan yang seharusnya dilakukan ialah dengan memberi atau mendatangkan pihak penengah diluar anggota keduabelah pihak agar konflik tidak memanjang. Sebelumnya juga pihak penengah itu harus mendengarkan masalah dari keduabelah pihak jangan hanya dari satu pihak saja agar pihak penengah dapat menemukan sumber masalahnya. Selain itu juga pihak penengah harus memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai konflik jadi dia akan tahu langkah apa saja yang semestinya ditempuh atau dilakukan.
Selanjutnya untuk konflik vertikal solusi yang harus dilakukan yaitu dengan adanya kerjasama yang baik antar pemerintah dengan masyarakatnya. Jadi dari Pihak Pemerintahnya harus mengayomi masyarakatnya sesuai dengan aturan yang berlaku, selain itu juga masyarakat juga harus menghormati, menghargai dan mendukung tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah, dan pemerintah juga harus mengerti apa yang diinginkan oleh masyarakatnya. Jika ini dilakukan dengan baik maka akan mengurangi resiko terjadinya konflik.




3.2           Kesimpulan
§     Komunikasi antar pribadi merupakan proses komunikasi yang terjadi antar individu ataupu antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi antar pribadi.
§     Teori Atraksi Antar pribadi, yang menggambarkan faktor manusia tertarik dan menyukai orang lain dengan itu Atraksi antar pribadi sebagai salah komponen utama yang menjadikan kita berkomunikasi dengan orang lain.
§     Teori Konflik Sosial, adalah Marxis berbasis teori sosial yang berargumen bahwa individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat mempunyai pendapat yang berbeda dalam jumlah materi dan non-sumber daya materi (orang kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat menggunakan kekuatan dalam untuk untuk mengeksploitasi kelompok-kelompok dengan daya yang lebih kecil.
§     Teori Komunikasi Antar Pribadi sebagai suatu proses yang berkembang, dalam realitanya segala sesuatu adanya proses dan mengalami pasang surutnya. Dan perubahan-perubahan itu relah terjadi abad sebelumnya dimana era komunikasi mengalami perkembangan, diantranya:
ü    era komunikasi tulisan,
ü    era komunikasi cetakan,
ü    era komunikasi telekomunikasi, dan
ü    era komunikasi interaktif.




Daftar Pustaka
1.      Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books.
2.      Goldberg, A. Alvin, Larson, E. Carl, 2006. Komunikasi Kelompok, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
3.      Pace, R. Wayne, Faulus, F. Don. 2005. Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
4.      Rakhmat, Jalaludin, 2008. Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Artikel dan Jurnal
1.      http://www.balitbangjatim.com/upload/artikel/konflik.Sutandyo.doc
3.      http://www.definisi.net/indeks.php?category=definisi-sosial.